Greta Thunberg terlahir istimewa. Ia didiagnosis dengan sindrom Asperger atau gangguan spektrum autisme (ASD). Namun namanya kini tengah menjadi perbincangan masyarakat dunia karena gencar membicarakan masalah perubahan iklim.
Pengidap ASD memiliki kecerdasan dan perkembangan bahasa yang normal tetapi memiliki kelainan dalam berinteraksi sosial.
Kecenderungan orang dengan Sindrom Asperger adalah sangat fokus dengan satu minat atau ide. Greta Thunberg pun memiliki fokus atau minat pada perubahan iklim.
Ia begitu konsisten dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Oleh karena itu, pemilik nama lengkap Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg itu juga disebut aktivis lingkungan dunia.
Gadis 20 tahun itu pertama kali mengetahui masalah perubahan iklim, saat usianya masih menginjak delapan tahun.
Dan sejak saat itu ia mulai merubah kebiasaannya. Ia mulai menerapkan hidup vegan dan ketika bepergian tidak menggunakan pesawat.
Hal ini karena gas yang dikeluarkan hewan maupun pesawat turut berkontribusi terhadap pemanasan global.
Greta Thunberg juga sering menerima undangan menjadi pembicara tentang masalah perubahan iklim.
Pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, dan di Parlemen Eropa serta di depan badan legislatif Italia, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, ia berkesempatan menyampaikan pidato-nya.
“Anda telah mencuri impian dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong Anda…Kami adalah di awal kepunahan massal, dan yang bisa Anda bicarakan hanyalah uang, dan dongeng tentang pertumbuhan ekonomi abadi. Berani-nya kamu!”
Sepenggal kalimat yang Greta Thunberg sampaikan saat menghadiri acara iklim PBB di New York City pada bulan September 2019 lalu.
Pada acara iklim itu, Greta begitu mencuri perhatian banyak orang dengan komentar pedis-nya, dan saat menghadiri acara itu pun ia menggunakan kapal pesiar bebas emisi sebagai bukti konsistensi-nya memerangi masalah pemanasan global.
Saking berpengaruh-nya, terdapat istilah khusus yang dikenal sebagai “Efek Greta”.
Ia juga berhasil menuangkan ide-ide-nya ke dalam buku, diantaranya: “No One Is Too Small to Make a Difference (2019)”; buku kumpulan pidato-nya; dan “The Climate Book: The Facts and the Solutions (2023)”; serta film dokumenter “I Am Greta” muncul pada tahun 2020.
Sebagai wujud nyata sikap tegasnya terhadap masalah perubahan iklim, Greta mendirikan sebuah gerakan yang dikenal sebagai Fridays for Future – juga disebut Mogok Sekolah untuk Iklim pada tahun 2018 di-usia-nya masih 15 tahun.