Profil Lambert Pekikir, Eks Panglima OPM yang Minta Lukas Enembe Menyerahkan Diri ke KPK

Kasus gratifikasi yang menjerat Gubernur Papua Lukas Enembe ternyata juga jadi perhatian mantan panglima OPM, Lambert Pekikir. Lambert Pekikir dengan tegas meminta supaya Lukas Enembe menyerahkan diri ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Profil Lambert Pekikir merupakan otak dari penyerangan terhadap TNI dan seorang kepala desa di Kabupaten Keerom, Papua pada medio 2012 silam kini telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Lambert Pekikir pada jaman pemberontakannya terhadap NKRI berpangkat Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM). Pada, Rabu (17/8/2022) lalu, Tribun-Papua.com berkesempatan bertemu dengan Lambert Pekikir.

Ada banyak kisah yang diceritakan mantan OPM tersebut. Lambert mengisahkan, awal mula dirinya bergabung dengan OPM pada media 1993. Saat itu, kata Lambert dirinya langsung diangkat menjadi Kepala Senat Pemerintahan Papua Barat di Wilayah Great Waris.

Great Waris adalah perbatasan antara Provinsi Irian Jaya (kini Papua) dengan Papua Nugini (PNG). “Saya diangkat oleh Jacob Prai untuk menjabat sebagai Koordinator umum dan panglima tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di markas Victoria,” kata Lambert.

Markas Victoria tersebut berada di Kampung Workwana, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua. Selama menjadi Panglima Tinggi OPM, Lamber terus melakukan perlawanan kepada NKRI, namun dengan berjalannya waktu, pada medio 2010, dia dipanggil oleh utusan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yaitu Farid Husein.

Saat itu, Farid Husein menyampaikan kepada dirinya bahwa ada baiknya mencari solusi demi penyelesaian konflik Papua lewat sebuah proses demokrasi yang disebut dialog Papua-Jakarta.

“Saya mulai berpikir, tanpa dialog, permasalahan konflik Papua tidak pernah dapat terselesaikan secara menyeluruh. Moment itu yang saya gunakan untuk mencari cara meninggalkan OPM,” ujarnya.

Tepat pada medio 2013, tanpa sepengetahuan rekan-rekan seperjuangannya, Lamber mulai membangun komunikasi khusus dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dengan harapan bakal ada sebuah dialog untuk penyelesaian konflik Papua.

Semua harapan itu terjawab di medio 2014, dimana Lambert diundang oleh SBY untuk berkomunikasi melalui video call. “Setelah komunikasi, Bapak Presiden meminta saya harus berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah RI untuk melakukan dialog guna penyelesaian konflik di Tanah Papua,” tukasnya.

- Iklan -

Atas permintaan itu, Lamber pun memutuskan kembali bersama NKRI. Setelah membuat keputusan, Lamber mulai kembali ke Kabupaten Keerom, dan mempersiapkan dirinya berangkat ke Jakarta bertemu para pejabat tinggi Negara.

“Pada saat itulah saya bertemu dengan anak JO Sembiring (kini Dandrem 172 PWY XVII/Cenderawasih) dan beliau lah memfasilitasi sekaligus mengawal saya berangkat ke Jakarta,” kata Lambert.

Saat bertemu dengan sejumlah petiggi negara, kata Lambert, dirinya menyampaikan semua aspirasi tentang solusi penyelesaian konflik di Tanah Papua. “Negara mau memberi jaminan kepada saya untuk tetap tinggal dan membangun NKRI di Papua serta membantu negara menyelesaikan konflik di Papua,” ujarnya.

“Persoalan konflik di Papua bukanlah hal yang gampang, diperlukan proses yang panjang karena keunikan dari bangsa Papua sangat sulit untuk dipersatukan,” sambungnya.

Diketahui, untuk menjaga kedamaian di Tanah Papua, saat ini Lambert Pekikir juga membangun kerjasama dengan pihak gereja dengan lembaga-lembaga HAM.

“Itu sekilas sejarah saya dan sampai saat ini saya sudah berada bersama dengan Pemerintah RI serta aparat keamanan TNI-Polri di tengah-tengah masyarakat,” kata Lambert.

“Saya juga mau mengajak semua pihak agar mari kita budayakan budaya demokrasi, membangun budaya dialog untuk menyelesaikan setiap permasalahan di Papua,” ajak Lambert. Profil Lambert Pekikir (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU