Provinsi Maluku Terapkan Revitalisasi Bahasa Daerah Berbasis Sekolah

Pada 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merevitalisasi 39 bahasa daerah di 13 provinsi. Salah satu provinsi yang menjadi sasaran adalah Provinsi Maluku.

Ada tiga kabupaten di Provinsi Maluku yang melakukan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD), yakni Kabupaten Maluku Tenggara yang merevitalisasi bahasa Kei, Kabupaten Buru yang merevitalisasi bahasa Buru, dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang merevitalisasi bahasa Yamdena.

“Merujuk data Kemendikbudristek, Provinsi Maluku memiliki karakteristik Model C, dengan ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, daya hidup bahasanya tergolong dalam kategori mengalami kemunduran, terancam punah atau kritis. Kedua, jumlah penuturnya sedikit dan sebaran wilayah tuturnya terbatas,” ujar Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Imam Budi Utomo pada Sabtu (3/12) dilansir dari laman Kemendikbudristek.

Adapun implementasi yang diharapkan dari Model C merupakan suatu bentuk yang dapat diterapkan pada dua basis revitalisasi, yakni komunitas dan keluarga/individu. Namun, Kantor Bahasa Provinsi Maluku dalam implementasi RBD menerapkan pada basis sekolah. “Total sekolah yang merupakan target pelaksanaan RBD di tiga kabupaten adalah 98 sekolah,” ungkap Kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Sahril.

Hal yang tidak kalah penting di dalam mengukur pelaksanaan RBD adalah pembuatan tahapan kegiatan. Sahril mengatakan, kesalahan dalam pembuatan tahapan kegiatan RBD, dapat berdampak pada tidak tercapainya tujuan dari revitalisasi itu sendiri. Berikut tahapan RBD di Kantor Bahasa Provinsi Maluku.

Pertama, melakukan koordinasi yang melibatkan pemerintah pusat (Badan Bahasa dan UPT-nya) dan pemerintah daerah melalui dinas terkait sampai dengan Juni 2022.  Kedua, menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dalam rangka penyusunan model pembelajaran bahasa daerah sampai dengan Juni 2022. Ketiga, melatih Guru Utama (Training of Trainer [TOT]) sampai dengan Juni 2022.

Keempat, melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RBD di tiap sekolah atau komunitas sampai dengan September 2022. Kelima, menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang dilakukan berjenjang dari tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi. Adapun tingkat kabupaten telah diselenggarakan pada Oktober dan November 2022. Tingkat provinsi diselenggarakan pada Sabtu 3 Desember 2022 lalu.

Baca Juga:  9 Langkah Memulai Bisnis Online Dari Nol untuk Pemula

Dalam laporannya, Sahril menyampaikan bahwa total guru utama yang dilatih pada saat TOT oleh guru master di tiga kabupaten adalah sebanyak 253 orang. Dengan rincian, di Kabupaten Buru ada 111 orang, di Kabupaten Maluku Tenggara ada 80 orang, dan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar ada 62 orang. Guru master yang didatangkan langsung ke tiga kabupaten tersebut merupakan sastrawan, akademisi, dan komika di Maluku.

Guru master yang dimaksud adalah Josep Matheus Rudolf Fofid; Mariana Lewier; Theoresia Rumthe; Weslly Johannes dan Arie Rumihin. Guru master ini melatih seluruh guru utama selama lima hari berturut-turut.

- Iklan -

Materi yang dibawakan terdiri atas enam mata lomba yang akan dipertandingkan, yakni menulis dan membaca puisi, mendongeng, menyanyi, lawakan tunggal (stand up comedy), menulis cerpen, dan berpidato.

Kemudian, setelah guru utama selesai mengituti TOT dan kembali ke sekolah masing-masing, 253 guru utama itu juga mengimbaskan materi yang didapatkan kepada guru-guru yang lain yang ada di sekolah tersebut. Total tercatat sebanyak 219 guru yang terimbas di tiga kabupaten tersebut.

Berdasarkan data, pengimbasan yang telah dilakukan dari total siswa SD dan SMP yang mengikuti RBD di tiga kabupaten ini adalah sebagai berikut. Jumlah siswa SD yang mengikuti RBD di tiga kabupaten sebanyak 2.320 siswa. Para siswa tersebut kemudian mengimbas kepada 4.640 orang.

Kemudian, total siswa SMP yang mengikuti RBD di tiga kabupaten sebanyak 1.600 siswa. Para siswa tersebut mengimbaskan kepada 3.200 orang. Jadi, total pengimbasan siswa SD dan SMP di tiga kabupaten sebanyak 7.840 orang.

Pelaksanaan FTBI awal Desember lalu berbentuk ekshibisi drama kolosal dengan menggunakan bahasa daerah dari tiga kabupaten. “Kegiatan ini bukan perlombaan karena tidak mungkin mempertandingkan tiga bahasa daerah yang berbeda-beda,” terang Sahril.

Baca Juga:  Surat AHU PWI Diblokir, Hendry Ch Bangun Tak Punya Legal Standing

Pada kesempatan ini, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku itu juga mengucapkan terima kasih atas dukungan seluruh pihak dalam menyukseskan RBD di Maluku yang telah berproses sejak bulan Juni hingga sekarang.

“Apresiasi yang tinggi kami ucapkan kepada tiga bupati yang menjadi tempat RBD di Maluku. Terima kasih kepada Bupati Maluku Tenggara, M Thaher Hanubun; Penjabat Bupati Buru, Djalaluddin Salampessy; dan Penjabat Bupati Kepulauan Tanimbar, Daniel E Indey atas dukungannya pada pelaksanaan RBD mulai dari awal hingga saat ini,” ucap Sahril bangga.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh seluruh OPD di tiga kabupaten, budayawan, komunitas, seluruh TP PKK di tiga kabupaten, seluruh guru utama di tiga kabupaten, seluruh pengawas sekolah, seluruh kepala sekolah, dinas pendidikan di tiga kabupaten, anggota KKLP Pelindungan dan Pemodernan Bahasa dan Sastra, dan seluruh siswa di tiga kabupaten yang ikut terlibat dan menyukseskan pelaksanaan Revitalisasi Bahasa Daerah di Provinsi Maluku. Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan siaran ulang pelaksanaan FTBI tingkat provinsi, dapat menyaksikannya melalui kanal YouTube Kantor Bahasa Maluku.

Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar Episode Ke-17 yang bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah pada Selasa, 22 Februari 2022. Peluncuran kebijakan ini bertepatan dengan momen Hari Bahasa Ibu Internasional pada 21 Februari 2022. Revitalisasi yang diusung Kemendikbudristek ini merupakan pendekatan baru untuk revitalisasi bahasa daerah di Indonesia.

Dalam melaksanakan program revitalisasi ini, Badan Bahasa Kemendikbudristek memperhatikan karakteristik daerah masing-masing dan pelibatan berbagai pemangku kepentingan, seperti keluarga, guru, maestro, dan pegiat pelindung bahasa dan sastra daerah. Hal itu dilakukan agar revitalisasi bahasa yang dilakukan tempat sasaran. Ada tiga model revitalisasi yang masing-masing memiliki  karakteristik dalam praktiknya, yakni Model A, Model B, dan Model C. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU