Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang utama pada masa sekarang ini yang mendapat perhatian cukup serius di negara-negara berkembang.
Pada 2021 sendiri menurut Maxi Rein pada peringatan HKJS (Hari Kesehatan Jiwa Sedunia) terdapat peningkatan gangguan mental serta depresi di masa pandemi yang mencapai angka 12 juta orang dan terjadi pada mereka usia produktif yaitu usia 15 sampai 50 tahun.
Ciri dari depresi dapat terlihat ketika seseorang menunjukkan gejala psikis, gejala fisik serta gejala sosial yang khas seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi, serta menurunnya daya tahan.Â
Adapun penyebab dari terjadinya depresi itu sendiri disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor yaitu faktor biologis, faktor psikologis atau kepribadian juga faktor sosial. Apabila seseorang di dalam riwayat kesehatan memiliki keluarga yang mengalami depresi, itu juga dapat menjadi salah satu faktor genetik yang terjadi turun temurun.
Resiko-resiko yang dapat ditimbulkan akibat depresi juga beragam. Hal yang paling fatal yaitu dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Hal lain yang dapat timbul yaitu seperti gangguan tidur, gangguan interpersonal, gangguan dalam pekerjaan, gangguan terhadap pola makan, serta perilaku-perilaku yang merusak diri.Â
Bagaimana cara kita mengontrol diri agar terhindar dari depresi? Salah satu caranya, adalah dengan meraih kebahagiaan. Berdasarkan pandangan psikologi positif, kebahagiaan atau happiness merupakan suatu cara hidup yang dapat membuat kita memenuhi segala potensi diri dan mampu bergerak kearah kehidupan yang baik.
Kebahagiaan tidak hanya bergantung pada kenikmatan (pleasure), kekayaan (wealth) dan kepercayaan agama (religious beliefs) saja. Terdapat tiga elemen dasar dari kebahagiaan (happiness) yaitu emosi positif (positive emotions), keterlibatan (engangement) dan makna hidup (meaning) yang seyogyanya dimiliki oleh individu dalam dirinya.
Lyubomirsky menyatakan bahwa determinan kebahagiaan adalah kombinasi antara faktor personal, aktivitas membahagiakan dan kejadian hidup. Menurutnya, kebahagiaan dapat diperoleh melalui usaha yang disiplin untuk mencapai dan mempertahankan kebahagiaan.
Pandangan personal yang wajib kita miliki apabila ingin bahagia adalah bahwa kebahagiaan secara potensial dapat dicapai setiap orang. Oleh karena itu kebahagiaan dimulai dengan menentukan titik poin kebahagiaan yang dimiliki dan berusaha meningkatkan kebahagiaan dari titik poin tersebut.
Lyubomirsky juga menyusun 12 aktivitas membahagiakan yang dapat kita pilih untuk meningkatkan kebahagiaan, yaitu:
- Bersyukur dan berpikir positif
- Menanamkan rasa optimis
- Menghindarkan dari berpikir keras serta membandingkan diri dengan orang lain
- Melatih diri dengan kebaikan
- Merawat hubungan sosial
- Membuat strategi penyelesaian masalah
- Belajar memaafkan
- Meningkatkan kegiatan menyenangkan yang mengalir
- Menikmati kegembiraan dalam hidup
- Komitmen pada tujuan yang dibuat
- Mempraktikkan agama dan spiritualitas
- Menjaga tubuh melalui meditasi, aktivitas fisik seperti olahraga, dan bertindak sebagai orang yang bahagia.
Adapun Seligman sebagai penggagas psikologi positif memberikan tiga cara yang dianggap paling tepat untuk meraih kebahagiaan hidup, yaitu:
- Have a pleasant life. Dia menyarankan agar manusia bersenang-senang dalam hidup ini karena bersenang-senang akan mendekatkan individukepada kebahagiaan. Namun harus tetap berhati-hati agar tidak terjebak dalam hedonis dan sulit terpuaskan serta jebakan kebosanan.
- Have a good life. Konep yang sudah lama juga dikenalkan oleh Aristoteles yang disebut eudaimonia. Menurut Seligman kita harus terlibat dalam hal-hal, pekerjaan, kegiatan atau hubungan yang membuat kita mengalir dalam hal tersebut atau dengan kata lain khusyuk
- Have a meaningful life. Kita harus memiliki semnagat dalam melayani, berkontibusi serta berorientasi untuk menebar manfaat bagi orang lain atau makhluk sesama.Â
Melalui pemaparan singkat diatas mengenai depresi dan juga psikologi positif, maka dapat diambil benang merah bahwasannya depresi dapat dicegah dengan kita meningkatkan dan mengelola emosi positif dalam diri dengan selalu menerima diri dan berbahagia.
Sehingga tanda-tanda munculnya depresi dapat di cegah dan dialihkan dengan hal-hal positif yang menumbuhkan semangat hidup.
Penulis: Asri Andika Amalia-Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sumber: Aries Dirgayunita, Depresi: Ciri, Penyebab dan Penanganannya, Journal An-Nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi, Vol. 1 No. 1 Juni, 2016 Dr. Namora LumonggaLubis, MSc, Depresi Tinjauan Psikologi, 2016, Jakarta: Kencana Dr. Sunedi Samardi, Psikologi Positif, 2018, Yogyakarta: Titah Surga Muhammad Nurdin, Meraih Meaningful Life: Perspektif Psikologi Positif dan Tasawuf Positif, FICOSIS Vol 1, 2021 Stephani Raihana Hamdan, Happines: Psikologi Positif Versus Psikologi Islam, UNISIA, Vol.XXXVIII No. 84 Januari, 2016 Taufik, Positive Psychology: Psikologi Cara Meraih Kebahagiaan, Prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami, 2012