Puasa Arafah Tidak Harus Mengikuti Prosesi Hari Wukuf Jamaah Haji di Arafah

Suara ulama terbagi tentang penetapan Hari Raya Idul Adha, yang berbeda antara Muhammadyah dan Pemerintah, yang berimbas pada terjadinya juga perbedaan waktu Puasa Arafah di tanah air.

Muhammadyah menetapkan hari Raya atau Lebaran Idul Adha pada 9 Juli 2022, bersamaan dengan waktu yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi, dan beberapa Negara Arab lainnya. Sedangkan Pemerintah menetapkan pelaksanaan hari Raya atau hari Lebaran Idul Adha, pada esoknya, 10 Juli 2022.

Sebetulnya, perbedaan hari lebaran, bukan itu yang terlalu dipermasalahkan kaum Muslimin. Pada beberapa kali lebaran, terjadi perbedaan antara Muhammdyah dan Pemerintah, tidak seramai ini suara-suara yang mempersoalkannya. Yang jadi masalah, perbedaan Lebaran Idul Adha kali ini, menyebabkan pula perbedaan hari Puasa Arafah.

- Iklan -

Menurut Ridwan LC.Md.I, memang, diantara rentetan amal yang menyempurnakan seluruh ibadah selama 10 hari pertama Zulhijjah, adalah Puasa Arafah. Puasa yang mengecualikan bagi jemaah yang sedang menjalankan ibadah haji ini, menghapus dosa selama dua tahun, setahun sebelumnya, dan setahun sesudahnya . “Bagi yang umurnya belum uzur, sangat rugi bila tidak melaksanakan puasa Arafah,” ucap Ridwan.

Sedangkan ada ulama yang berpendapat, haram melaksanakan puasa Arafah, bukan hari Arafah. Lantaran yang dikejar, adalah muatan yang terkandung di dalam puasa Arafah. Puasa Arafah pada 9 Zulhijjah, dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. (HR.Muslim no.1162, hal 41, jilid 8 Tirmizi, n0.749. hal 311, jilid 3).

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Selasa, 15 Oktober 2024: Kunci dalam Pesan/Berita Pengabar Injil

Ada pula yang berpendapat, puasa Arafah, dapat memanjangkan umur, minimal setahun pada puasa Arafah berikutnya. Makna tersebut terkandung pada dihapuskannya dosa selama setahun yang akan datang, yaitu sampai pada puasa Arafah berikutnya.

- Iklan -

Ridwan LC.Pd.I salah satu tokoh agama itu, secara tegas mengatakan, perbedaan pendapat tentang kapan waktunya Puasa Arafah, tidak perlu dipermasalahkan . “Puasa Arafah, tidak harus mengikutihari Wukuf di Arafah,” katanya melalui video sharenya yang diunggah di youtobe.

Seandainya terkait dengan proses hari Wukufnya Jamaah Haji di Arab, bagaimana bila terjadi musibah, yang mengharuskan Pemerintah Arab Saudi membatalkan ibadah Haji, haruskah pula Puasa Arafah bagi yang diluar tanah Suci, juga membatalkan puasa Arafahnya. Padahal itu, tidak demikian, seandainya itu terjadi, puasa Arafah yang dilaksaksanakan ummat Islam di luar tanah Suci, tetap harus dijalankan.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Sabtu, 9 November 2024: Pelayanan Kudus

Kesimpulannya Menurut Ridwan ada 5 alasan puasa Arafah di Indonesia tidak terkait dengan waktu Wukuf di Arafah. Alasan pertama, Puasa Arafah, berhubungan dengan waktu, bukan berhubungan dengan tempat wukuf jamaah Haji di Arafah.

- Iklan -

Alasan kedua, Puasa Arafah tidak berhubungan dengan pelaksanaan Ibadah Haji. Alasan ketiga, menyebarnya Agama Islam ke berbagai benua, akan menyulitkan jika harus mensinkronkan penanggalan hari dengan hasil rukyat di kota Madinah.

Alasan keempat, setiap warga Negara memiliki otoritas menentukan hilal berdasarkan hasil dari metode rukyat/hisab. Alasan kelima, hasil rukyat satu Negara tidak mengikat bagi Negara – Negara muslim lainnya.

Ridwan mengutif sabda Rasulullah Muhammad SAW yang juga mendasari alasan tersebut diatas, ‘’Berpuasa itu adalah pada hari kalian (semua) berpuasa, berbuka itu (Idu Fitri), adalah pada hari kalian (semua) berbuka. Dan berqurban itu adalah pada hari kalian (semua) berqurban’’ (HR.Tirmizi, no 697,hal 259, jilid 3).

Ridwan juga mengungkap Kisah Kuraib : Perbedaan Penentuan Hasil Rukyat Kota Madinah dengan Syam di masa para sahabat Nabi (HR.Muslim no.1089, hal 172, jilid 7). (Nurhayana)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU