Puncak Bollangi Gowa, Panorama Bagai Raja Ampat

Kabupaten Gowa tidak hanya dikenal memiliki banyak tempat bersejarah. Gowa juga menyuguhkan spot wisata yang mengagumkan. Salah satu spot wisata yang kini viral adalah bukit Bollangi, Desa Timbuseng, Kecamatan Pattallassang. Dari atas bukit ini, akan terlihat pemandangan menakjubkan dari waduk Bili-bili.

Hamparan air waduk yang jernih terlihat begitu indah. Sejauh mata memandang, tampak pula pemandangan indah berupa gugusan pegunungan mengelilingi waduk. Selain itu, di tengah waduk juga terdapat beberapa pulau yang dipenuhi tumbuhan hijau makin menambah eksotisme.

Panorama alamnya seolah mirip destinasi wisata Raja Ampat di Papua Barat. Dusun ini berada di lereng Gunung Bollangi dengan ketinggian sekitar 1000-1500 meter di atas permukaan laut.

Bollangi Ampat ini berada di Kabupaten Gowa, Sungguminasa, jaraknya sekitar 17 kilometer dari kota Makassar. Untuk tiba di Puncak Bolangi tidak sesulit mencapai Puncak Gunung Bawakaraeng. Tidak mesti berjalan kaki berjam-jam, bahkan memanjat bebatuan pegunungan. Sebut saja, bertaruh nyawa untuk menikmati keindahan alam. Puncak Bollangi tidak demikian.

Jika beruntung mendapat cuaca cerah, mata pengunjung akan dimanjakan dengan hamparan surga baru, sebuah destinasi wisata yang keren dengan bisa menikmati sunrise dan sunset. Akses jalan menuju Puncak Bolangi, bisa dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Dengan waktu tempuh dari Sungguminasa, sekitar 15 menit.

Baca Juga:  10 Pantai Indah di Bali yang Wajib Dikunjungi Wisatawan

“Namanya, Bollangi Ampat, karena lokasinya memang berada di Dusun Bollangi 4 (empat). Namun disebut Ampat karena pengunjung menyebutnya jika lokasi ini menyerupai sebuah destinasi wisata Raja Ampat di Papua, dengan gugusan pulau kecil di sekitar bendungan tersebut,” ungkap Rustam, penjaga Bollangi Ampat kepada FAJAR PENDIDIKAN, Kamis, 25 Juni 2020.

Bugis-Makassar

Rumah penduduk sekitar cukup ramai. Nuansa khas Bugis-Makassarnya masih sangat terasa. Kata warga sekitar, Desa Bollangi awalnya ditempati warga asal Bone. Tetapi kini juga ditempati warga asli Makassar berkat perkawinan.

- Iklan -

Jadi jangan heran jika berinteraksi dengan warga sekitar ada yang menggunakan bahasa Bugis dan Makassar. Dimana warga sekitar Bollangi yang sudah sangat fasih dengan kedua bahasa daerah itu.

“Tempat ini selalu ramai. Sudah banyak juga penjual dari luar (bukan warga Desa Bollangi) yang datang,” kata Rustam, sambil menunjuk pedagang yang keliling menawarkan minuman kepada pengunjung, beberapa waktu lalu.

Protokol Kesehatan

Rustam juga mengatakan, masa pandemi virus corona, protokol kesehatan kian diterapkan pada destinasi wisata Bollangi Ampat dan mewajibkan setiap pengunjung untuk menggunakan masker dan menjaga jarak.

“Masa pandemi ini, di sini kami juga menerapkan protokol kesehatan dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19. Kami mewajibkan pengunjung menggunakan masker dan berjaga jarak. Begitu pun yang tidak memakai masker, itu dilarang masuk,” jelasnya.

Baca Juga:  Mengenal 5 Tradisi Budaya di Solo, Lestari Hingga Sekarang

Spot Instagrammable

Salah satu pengunjung dari kota Makassar, Nuraisya Basri mengatakan, destinasi wisata baru Bollangi Ampat ini awalnya dilihat di media sosial dan penasaran akan indahnya pemandangan dari bukit Bollangi Ampat ini.

“Awalnya saya lihat di media social. Saya lihat, wah bagus juga pemandangannya, itu membuat saya penasaran untuk melihat pemandangannya secara langsung, dan ternyata memang bagus seperti yang saya lihat di medsos. Bagus juga untuk berfoto-foto di sini,” bebernya sambil mengarahkan kamera gawainya ke arah Waduk Bili-bili.

Karena mendapat spot gambar yang mirip dengan Raja Ampat di Papua Barat, Aisya mengatakan bahwa tidak perlu mengeluarkan budget banyak untuk ke sana. Cukup ke Puncak Bollangi.

“Dan biaya masuk ke Bollangi juga cukup aman di kantong. Dengan 5 ribu rupiah, kita bisa menikmati pemandangan yang indah, seperti destinasi wisata Internasional Raja Ampat,” pungkasnya.

Puncak Bollangi yang sudah menjadi tempat wisata di ‘Butta’ Bersejarah julukan Gowa ini, dikelola oleh masyarakat setempat. Sebab, lahannya milik masyarakat. Bukan milik pemerintah. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU