Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, lebih banyak berpuasa sunnah di bulan Syaban dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Ummul Mukminin Aisyah Radhyallahu Anhu, menceriterakan: “Tidak pernah saya melihat Rasulullah menyempurnakan puasa di suatu bulan seperti di bulan Ramadhan. Dan belum.pernah saya melihat beliau lebih banyak berpuasa di suatu bulan seperti berpuasa di bulan Syaban (HR Bukhari no. 1969 dan Muslim no 1156).
Di riwayat lain, Nabi pernah berpuasa di bulan Syaban seluruhnya. Pernah juga berpuasa Syaban hanya sedikit (hari) saja. (HR Bukhari no. 1970 dan Muslim).
Nabi belum pernah berpuasa selama dua bulan berturut-turut, kecuali di bulan Syaban dan Ramadan. Beliau berpuasa lebih banyak di bulan Syaban, dan menyambungnya dengan bulan Ramadhan. Sebagaimana diutarakan Ummul Mukminin Aisyah Radhyallahu anha : ” Belum pernah saya melihat Nabi berpuasa dua bulan berturut turut kecuali di bulan Syaban dan Ramadhan”. (HR. Tirmidzi no.736 dan Nasa’i no.2352. Dishahihkan oleh Al Bani).
Banyak orang yang lalai berpuasa di bulan Syaban. Lantaran bulan ini didahului oleh bulan Al Haram (bulan suci), yaitu bulan Rajab dimana berpuasa di bulan bulan suci (asyhur al hurum).
Empat Bulan Haram
Saat Allah menciptakan langit di bumi, Allah telah menentukan jumlah bulan. Yaitu 12 bulan, empat di antaranya adalah bulan haram, tiga bulan berururan. Yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, lalu Muharram serta satu yang terpisah, yaitu bulan Rajab.
Itu merupakan bulan bulan haram yang diagungkan. Baik masa jahiliyyah ataupun pada masa Islam
Secara umum, dianjurkan,, namun tanpa meyakini keutamaan khusus terhadap bulan Rajab, dibandingkan bulan haram lainnya. Lalu diikuti oleh bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Akhirnya banyak orang yang teralihkan dari bulan Syaban, lantaran kedua bulan tersebut. Padahal dianjurkan untuk menghidupkan bulan Syaban dengan berpuasa.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah, ialah 12 bulan sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Diantaranya ada empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus.
Maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu. (Syeikh Shalih al Munajjid/ana).