Rawat Ginjal dengan Air Hangat

Salah satu cara merawat ginjal adalah dengan minum air hangat, yang dapat menyehatkan ginjal. Namun, bagaimana dengan minum air dingin?

Ketika kita minum air bersuhu 0°C, setelah diolah di dalam lambung, air tersebut akan mencapai suhu 37°C. Proses ini terjadi berkat kerja dari limpa dan lambung. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Minum air dingin memaksa lambung untuk menaikkan suhunya menjadi 37°C, yang mengambil energi dari ginjal sebagai bahan bakar. Kondisi ini membuat air dingin berubah menjadi air hangat.

Jika energi dari ginjal terus-menerus diambil, bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal. Orang yang sering minum air es atau minuman dingin cenderung memiliki ginjal yang lemah. Tubuhnya cenderung dingin dan energinya menurun.

Selain itu, terdapat risiko pembentukan gumpalan darah di punggung dan pinggang, yang sering menyebabkan rasa linu. Kekuatan ingatan dapat menurun, dan sering kali terjadi mati rasa pada kaki dan tangan.

Disarankan untuk tidak minum air es atau air dingin setelah makan, karena hal ini dapat membuat lemak makanan membeku di perut seperti lumpur saat bertemu dengan asam lambung. Lemak ini kemudian dapat terurai dengan lambat, menempel di dinding usus dan memperlambat pencernaan, yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti tumor atau kanker. Sebaiknya, setelah makan, minumlah air hangat untuk menjaga kesehatan pencernaan.

Baca Juga:  8 Tips Diet Sehat dan Bugar Sesuai Anjuran Dokter Gizi

Bahaya Menahan Air Seni

Makan berlebihan dapat menyebabkan penyakit pada pankreas. Oleh karena itu, sebaiknya isi perut dengan: setengah makanan, setengah air, dan setengah udara.

Kipahit atau kipaif (pohon insulin) termasuk dalam keluarga Asteraceae. Bunga dari pohon ini mirip dengan bunga matahari dan juga dikenal sebagai bunga bulan. Kipahit merangsang pankreas untuk menghasilkan hormon aloksa.

Hormon aloksa adalah anti-hiperglikemik, senyawa yang memperbaiki sel beta pankreas dan mengatur kadar gula darah, bermanfaat sebagai obat untuk diabetes.

- Iklan -

Menahan air seni karena alasan menangguhkan atau alasan lain dapat menyebabkan infeksi pada kandung kemih yang sudah penuh dan seharusnya dikosongkan. Ketika kandung kemih selalu terisi kembali dari atas, urin dapat meluap dan naik kembali ke ginjal, yang berpotensi berbahaya karena urin mengandung bakteri.

Bakteri yang masuk ke ginjal dapat menyebabkan infeksi, bahkan gagal ginjal. Kandung kemih yang sehat dapat menjaga saluran kemih tetap teratur dan bebas dari bakteri.

Menahan kencing terlalu lama dapat menyebabkan urin yang keluar menjadi sedikit dan disertai rasa nyeri.

Infeksi saluran kemih sering disebabkan oleh bakteri yang berasal dari anus dan berpindah ke uretra. Wanita lebih rentan terhadap infeksi ini karena uretra mereka lebih pendek secara anatomi.

Oleh karena itu, wanita perlu menjaga kebersihan organ intim mereka dengan baik agar tidak menjadi tempat subur bagi kuman dan bakteri.

Baca Juga:  Mengenal Penyakit Asam Lambung, Ini Cara Mudah Mengatasinya

Jika sulit buang air kecil saat bangun tidur karena kandung kemih sudah penuh, dan Anda merasa tidak dapat buang air kecil, lakukan “Jumping Urine” dengan berdiri dan melompat sambil mengangkat kedua tangan seolah-olah memetik buah durian. Lakukan ini sebanyak 15 hingga 20 kali. Setelah itu, biasanya Anda akan merasa ingin buang air kecil dan urin akan keluar dalam jumlah yang lebih banyak.

Kencing dalam posisi berdiri berisiko untuk prostat dan batu ginjal. Kencing dalam posisi jongkok lebih bersih dan lebih sehat.

Kesemutan

Kesemutan dapat terjadi karena aliran darah yang tidak lancar akibat penggumpalan. Salah satu solusinya adalah dengan mengurut telapak kaki sebelum tidur menggunakan minyak kayu putih selama 3 menit.

Melakukan urut sebelah kanan secara rutin dapat membantu menyembuhkan kesemutan, sakit tulang belakang, sakit sendi, sakit kepala, serta menjaga kesehatan gigi dan mata dari gangguan penglihatan lemah.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan sakit leher yang menjalar hingga ke tangan dan menyebabkan sensasi mati rasa. Gejala ini seperti sulitnya menggerakkan kepala, yang mungkin disebabkan oleh posisi tidur yang tidak tepat, bekerja terlalu lama di depan komputer atau laptop, terlalu sering menundukkan kepala, atau terlalu sering menggunakan ponsel. (ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU