Kue-kue tradisional tersebut disediakan oleh guru, sebagian merupakan partisipasi orang tua siswa.
Lewat wali kelas, disampaikan sekiranya ada orang tua yang mau membawa kue taripang. Kue taripang ini terbuat dari beras ketan dan kelapa yang ditaburi gula aren.
“Jadi, kami, guru-guru, itu minum kopi sambil makan taripang, sebagaimana anjuran Pemkot Makassar,” kata Bakhtiar di ruang kerjanya, Rabu, 10 November 2021.
Tidak hanya kue taripang, ada banyak kue lain yang dibawa oleh guru dan siswa. Antara lain, roko-roko unti, roko-roko cangkuning, barongko, cucuru bayao, sanggara’ balanda, apang, putu cangkir, dan boku cukke’. Kue-kue itu diletakkan di atas nampan, sebelum dicicipi bersama.
Baliho yang tersebar di sudut-sudut Kota Makassar dan poster yang beredar di media sosial, bergambar Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto dan Wakil Walikota Fatmawati Rusdi, memang bertuliskan “minum kopi dan makan kue taripang”. Dalam baliho dan poster itu juga tertulis “Aku Cinta Makassar”.
Diakui Bakhtiar, momen ulang tahun Kota Makassar kali ini berbeda. Karena bukan hanya di sekolah saja orang minum kopi dan makan kue taripang tapi juga di RT/RW.
Sebelum ke sekolah, katanya, dia sempat singgah ngopi dan makan kue taripang di RW 07 Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala. Di situ, warga ngopi bersama sekira pukul 07.30-09.00 wita.
Setelah itu dia lanjut ke sekolahnya yang berada di Kelurahan Pampang, Kecamatan Panakkukang.
Perayaan HUT Kota Makassar ke-414, tahun ini, memang jadi momen untuk mengangkat budaya lokal, lewat kuliner dan busana yang dikenakan.
Taripang atau teripang sendiri punya sejarah panjang dengan Makassar. Para pelaut asal daerah ini sejak lama terkenal sebagai pencari teripang, bahkan sampai ke benua Australia.
Kepada siswa yang sempat bertatap muka dengan guru, juga disampaikan tentang budaya dan perkembangan Kota Makassar yang kini menjadi Smart City.
Pembelajaran hari itu merupakan bagian dari pendidikan karakter berbasis budaya lokal, Bugis-Makassar. (*)