Paus Fransiskus akan melakukan perjalanan Apostolik ke Asia Pasifik dari 2-13 September 2024, mengunjungi Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Singapura. Indonesia akan menjadi negara pertama dalam perjalanan ini, dengan kedatangan Paus Fransiskus di Jakarta pada Selasa, 3 September 2024. Ini adalah kunjungan pertama Pemimpin Gereja Katolik ke Indonesia dalam 35 tahun.
Perjalanan ini adalah yang terpanjang dalam 11 tahun masa kepausan Paus Fransiskus yang berusia 87 tahun, lebih lama daripada kunjungan ke Amerika di awal masa kepausannya. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi kali ini, setelah Paus Paulus VI pada 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989.
Kunjungan ini akan mencatatkan perjalanan Apostolik ke-45 dalam masa kepausan Paus Fransiskus dan diharapkan memperkuat hubungan diplomatik, meningkatkan toleransi antaragama, serta menekankan nilai perdamaian dan kemanusiaan.
Berikut adalah catatan perjalanan Paus di Indonesia sejak era kepemimpinan Paus Paulus VI:
1970 – Paus Paulus VI
Pada tahun 1970, di bawah kepemimpinan Paus Paulus VI, Paus melakukan kunjungan singkat ke Indonesia dalam perjalanan menuju Konferensi Uskup-uskup Pan-Asia di Manila, Filipina, dan Konferensi Uskup-uskup Australia dan Oceania di Sydney, Australia.
Selama perjalanan ini, Paus Paulus VI memutuskan untuk beristirahat semalam di Jakarta, Indonesia. Pemerintah Indonesia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyambut pemimpin umat Katolik tersebut.
Pada saat itu, Presiden Soeharto dan Ibu Negara menjemput Paus Paulus VI secara langsung di Lapangan Terbang Kemayoran, Jakarta, dan mengantar beliau ke Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan di Jakarta. Meskipun penyambutan tersebut tidak bersifat kenegaraan, kehadiran Paus Paulus VI tetap disambut dengan hangat oleh Presiden Soeharto.
Setelah diskusi panjang, Paus Paulus VI direncanakan akan mengunjungi Indonesia kembali. Keesokan harinya, Presiden Soeharto melepas keberangkatan Paus Paulus VI menuju Filipina dan Australia.
Walaupun kedatangan Paus Paulus VI ke Indonesia lebih ditekankan pada perannya sebagai Pemimpin Tertinggi Umat Katolik Sedunia dan bukan sebagai Kepala Negara Vatikan, beliau tetap melaksanakan acara-acara resmi dengan pemerintah Indonesia serta kegiatan keagamaan khusus dengan umat Katolik setempat.
Kunjungan resmi Paus Paulus VI ke Indonesia dijadwalkan pada 3-4 Desember 1970. Pada kunjungan pertamanya ini, Paus tiba dengan pesawat DC-8 Alitalia dan mendarat di Lapangan Terbang Kemayoran Jakarta pada pukul 15.30 WIB. Setibanya, beliau melambaikan tangan kepada para pejabat dan umat yang menyambutnya saat turun dari pesawat “Arcangelo Corelli.”
Presiden Soeharto, bersama para menteri, pimpinan DPR dan MPRS, pejabat tinggi lainnya, serta duta besar, menyambut kedatangan Paus Paulus VI secara langsung. Setelah itu, Paus langsung menuju Gereja Katedral Jakarta untuk bertemu dengan rohaniwan dan rohaniwati Indonesia. Pada malam harinya, Paus mempersembahkan misa suci di Stadion Utama Senayan.
Pada 4 Desember 1970, lawatan Paus Paulus VI berakhir dan didampingi oleh Presiden Soeharto, beliau kembali ke pesawat di Lapangan Terbang Kemayoran. Sebagai kenang-kenangan, Paus Paulus VI meninggalkan empat ambulans untuk rumah sakit pemerintah di Indonesia.
1989 – Paus Yohanes Paulus II
Kunjungan kedua Paus ke Indonesia terjadi pada 1989, di bawah kepemimpinan Paus Yohanes Paulus II, yang terkenal sebagai “Paus Musafir” karena perjalanan Apostoliknya yang sangat banyak. Dalam buku *Paus Yohanes Paulus II, Musafir Dari Polandia* oleh Trias Kuncahyono, dicatat bahwa Paus Yohanes Paulus II melakukan perjalanan lebih banyak dibandingkan Paus-Paus sebelumnya, baik di dalam negeri Italia maupun ke luar negeri.
Hingga wafatnya pada 2 April 2005, Paus Yohanes Paulus II telah melakukan 104 perjalanan pastoral ke luar negeri.
Menurut Garry O’Connor, Paus Yohanes Paulus II melakukan perjalanan di Italia sebanyak 146 kali dan mengunjungi 301 paroki. Beliau telah menempuh jarak lebih dari seperempat juta kilometer, setara dengan mengelilingi bumi sebanyak 31 kali atau tiga setengah kali perjalanan dari bumi ke bulan.
Pada tahun 1989, Paus Yohanes Paulus II direncanakan untuk mengunjungi Indonesia. Namun, kunjungan tersebut sempat tertunda karena adanya pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur, yang menyebabkan Paus mengurungkan niatnya. Masalah Timor Timur saat itu cukup panas, dengan pengiriman tentara Indonesia untuk meredam gerakan kemerdekaan.
Pemerintah Indonesia segera menangani isu ini dan Presiden Soeharto meminta Menteri Pertahanan dan Keamanan, LB Moerdani untuk berdialog dengan Vatikan. Kesepakatan tercapai di mana Keuskupan Timor Timur dipindahkan langsung di bawah Vatikan, dari sebelumnya yang berada di bawah Keuskupan Portugal. Keputusan ini juga diakui sebagai pengakuan de facto integrasi Timor Timur ke Indonesia.
Setelah kesepakatan tersebut, Paus Yohanes Paulus II akhirnya melanjutkan rencananya dan mengunjungi Indonesia pada 9 Oktober 1989.
Berbeda dengan pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia pada 1989 sebagai Pemimpin Tertinggi Umat Katolik Sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan. Kunjungan beliau sangat padat dan meliputi berbagai kegiatan.
Selain bertemu pejabat pemerintah, Paus Yohanes Paulus II juga berjumpa dengan rohaniwan dan rohaniwati serta memimpin misa bersama umat Katolik. Beliau melakukan perjalanan ke berbagai kota di Indonesia, termasuk Medan, Jakarta, Yogyakarta, Maumere, dan Dili (sekarang bagian dari Timor Leste).
Misa kudus di Stadion Utama Senayan dihadiri oleh lebih dari 100.000 umat Katolik dari seluruh Indonesia. Dalam perayaan Ekaristi tersebut, Paus Yohanes Paulus II didampingi oleh Mgr Leo Soekoto, Mgr Julius Darmoatmodjo, Kardinal Casaroli, dan Kardinal Tomko dari Vatikan.
Selain memimpin misa, Paus juga menghadiri pertemuan lintas agama pada 10 Oktober 1989 di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pimpinan Majelis Ulama Indonesia, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Konferensi Waligereja Indonesia, Parisada Hindu Dharma, dan Perwalian Umat Budha Indonesia.
Kegiatan Paus Yohanes Paulus II di Indonesia termasuk misa di lapangan Dirgantara, Akademi Angkatan Udara Yogyakarta pada 10 Oktober 1989; misa di Gelora Samador da Cunha, Maumere, Flores, NTT pada 11 Oktober 1989; kunjungan ke Dili, Timor Leste pada 12 Oktober 1989; dan misa di Medan, Sumatra Utara pada 13 Oktober 1989.
Setelah berkeliling Indonesia, Paus Yohanes Paulus II kembali ke Jakarta pada 13 Oktober 1989. Pada 14 Oktober 1989, beliau mengakhiri kunjungannya di Indonesia dan bertolak menuju Mauritius setelah berpamitan dengan Presiden Soeharto di Istana Merdeka.
2024 – Paus Fransiskus
Tahun ini akan menjadi kunjungan ketiga Paus ke Indonesia. Paus Fransiskus akan mengunjungi Jakarta mulai 3-6 September 2024, dengan berbagai pertemuan penting dan misa akbar yang direncanakan selama kunjungannya.
Kunjungan Paus Fransiskus kali ini akan fokus pada Jakarta. Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono, menyatakan bahwa kunjungan ini memiliki dua perspektif: pertama, Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik yang menyapa umatnya di Indonesia, dan kedua, Paus sebagai Kepala Negara Vatikan.
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC, menyatakan kegembiraan Gereja Indonesia atas kunjungan ini. Untuk mempersiapkan kedatangan Paus, KWI bekerja sama dengan Nunsius Apostolik Tahta Suci Vatikan di Indonesia membentuk panitia pada April 2024. Panitia ini terdiri dari 56 anggota inti dan 107 relawan yang terus bekerja mempersiapkan segala sesuatu hingga saat ini.
Setelah kunjungan di Indonesia, Paus Fransiskus akan melanjutkan perjalanan ke Port Moresby dan Vanimo di Papua Nugini, 6-9 September 2024. Kemudian, beliau akan mengunjungi Dili, Timor Leste, 9-11 September 2024, dan menutup perjalanan apostoliknya dengan kunjungan ke Singapura, 11-13 September 2024. (*)