Rekognisi Video Conference: Ekspektasi Pelajar Saat Pandemi Covid-19

Penulis: Ifan Pratama

Kualitas visual gambar dan suara juga merupakan faktor yang relatif tinggi. Hal ini selaras dengan studi terdapat kesamaan persepsi bahwa 82,5% dan 87,5% para pelajar setuju masalah teknisi seperti kualitas gambar dan suara membuat mereka merasa frustasi (Altıner, 2015).

Selain itu, hasil studi sejenis mengungkapkan bahwa terdapat masalah video conference yaitu dengan kualitas layar gambar dan suara selama proses pembelajaran (Karal et al., 2011). Selaras dengan hasil penelitian ini, metode pembelajaran yang diharapkan ialah yang dapat memancing rasa penasaran Pelajar dengan cara memberikan pertanyaan dan media pembelajaran ditampilkan agar lebih menarik dengan penambahan gambar animasi video (Zulfikar & Wasisto, 2018).

Bersamaan dengan hasil penelitian lain bahwa dilaporkan oleh Pelajar menunjukkan koneksi internet adalah masalah utama (Phongsatha & Cleesuntorn, 2017) serta tantangan pada saat pembelajaran daring adalah ketersediaan layanan internet dan pembelajaran saat menggunakan konferensi video juga menghabiskan kuota data (Sadikin & Hamidah, 2020). Selain itu, para pelajar merasa kecewa terhadap penggunaan video conference terkait masalah kekuatan koneksi internet yang terkadang tidak dapat dikendalikan, dan kurangnya waktu atau kesempatan untuk berinteraksi saat pembelajaran (Phongsatha & Cleesuntorn, 2017).

Kegiatan praktik juga menjadi poin penting dan hal yang diharapkan oleh pelajar. Kemampuan pemahaman mereka pada mata pelajaran, mereka menginginkan terlibat langsung dengan tindakan praktik. Mereka menyayangkan bahwa media yang disajikan berupa video yang dapat ditonton, namun tidak untuk di praktekkan atau dijelaskan, yang akhirnya menyebabkan Pelajar tidak dapat memahami arti dari materi tersebut.

Mata pelajaran adalah ilmu yang tidak hanya mempelajari teori saja yang menjadikan pengetahuan sesaat, tetapi perlu adanya praktik untuk menanamkan pengetahuan yang dapat diserap dan diterapkan (Chan, 2017). Percobaan atau eksperimen ini memiliki kemiripan dengan model simulasi, hanya saja pada model ini lebih difokuskan pada kegiatan yang sifatnya bereksperimen misalnya kegiatan praktik di laboratorium kimia, fisika, atau biologi.

Penggunaan berbantuan alat peraga dapat mempengaruhi pola pikir Pelajar sehingga meningkatkan keterampilan berproses, hasil belajar, dan Interes Pelajar serta kualitas pembelajar (Suliani, 2020) dengan inovasi dan berkembangnya teknologi informasi. Teknologi digital menyebabkan perubahan pola kerja, sehingga berkembangnya kompetensi di masyarakat juga berubah.

Tugas utama pendidikan adalah mendidik peserta didik agar dapat mempersiapkan diri untuk sukses hidup di abad 21 (abad digital) yang penuh tantangan. Oleh sebab itu untuk mempersiapkan peserta didik abad 21 diperlukan guru yang memahami konteks abad 21 agar pembelajaran menyiapkan peserta didik menghadapi tantangan abad pengetahuan tersebut.

Ragam tantangan dan peluang globalisasi ini, tentunya harus direspons secara cepat, dan tepat serta bijaksana oleh segenap pemangku kepentingan, khususnya penyelenggara Pendidikan diera pandemi. Salah satu alternatif penyelesaian masalah untuk dalam pembelajaran saat pandemic Covid-19 menggunakan video conference.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU