Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia Beri Saran 5C untuk Lembaga Mahasiswa

MAKASSAR-Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia, Dr. H. Badaruddin mengadakan pertemuan dengan Lembaga Mahasiswa (Lemhas) di ruang 401, sekira pukul 10.00 WITA tadi.

Dalam arahannya, Alumni perkapalan itu menaruh perhatian dan harapan besar bagi lemhas. Ia menegaskan, bahwa tidak semua keahlian yang dibutuhkan di masa depan bisa diraih dibangku kuliah.

“Banyak sekali keahlian yang bisa didapatkan di lembaga kemahasiswaan, tergantung lembaga mahasiswa mengemasnya,” urainya, Jumat (8/4).

Mantan Wakil Rektor II STIE Nobel itu memberikan sejumlah keterampilan yang dibutuhkan dimasa depan yang dikemas dalam bentuk 5C.

Adapun 5C yang ia maksud adalah, Creativity (Kreativitas), Communication (Komunikasi), Collaboration (Kolaborasi), Critical Thinking (Berpikir Kritis) dan Complex Problem Solving (Penyelesaian Masalah yang Kompleks).

Baca Juga:  Himpunan Mahasiswa Institut Andi Sapada Kenalkan Maggot sebagai Solusi Pengelolaan Sampah Organik di Desa Bojo

Creative (kreativitas). Buat program kerja itu butuh kreativitas, kita dilatih untuk kreatif. Menumbuhkan jiwa kreativitas penting mengembangkan bisnis anda, jadi kalau orang lain yang tidak berlembaga belajar kreatifitas satu kali, anda belajar lebih 2x, bukan itu modal luar biasa?,” terangnya.

“C kedua collaboration. Tidak ada kesuksesan tanpa kolaborasi, saya selalu jadikan tagline sejak saya jadi Rektor, kolaborasi adalah jalan kemajuan, dimana orang belajar? Ya dilembaga mahasiswa,” sambungnya.

Hal tersebut disampaikan bukan tanpa alasan. Sebab, kata dia, tidak semua dosen mengajarkan kepada Mahasiswa untuk berkolaborasi. “Di kelas mungkin diajar kerja kelompok, tapi dilembaga kemahasiswaan kita belajar berkolaborasi buat kegiatan, projek dan lain-lain . Jadi beruntunglah kalian di lemhas,” katanya.

Baca Juga:  GenBI Sulawesi Selatan Gelar Seminar “Boost Your Future” untuk Persiapkan Anggota Hadapi Dunia Kerja

“C berikutnya Critical Thinking, berpikir kritis. Tidak semua di tempat kuliah belajar berpikir kritis, dosen disini itu macam-macam. Meskipun saya Rektor, saya tidak bisa mengontrol semua (dosen) di kelas. Siapa yang bisa mengontrol kalau bukan kalian (Mahasiswa). Saya sudah bilang, tolak semua dosen yang tidak bisa mengembangkan kreativitas anda. Tidak membisa memberikan nilai tambah kepada anda. Kalau anda tidak kritis sia-sia anda belajar. Karena nasib bangsa ditangan kalian da berpikir kritis itu penting juga buat karir anda,” sambung Badaruddin.

- Iklan -

Oleh karena itu, ia mendorong kepada seluruh Lemhas agar menyiapkan program yang dapat mengembangkan keterampilan dimasa depan. Selain Rektor Nobel Indonesia, turut hadir Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan, Mariah.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU