Renungan Harian Katolik hari ini, Jumat 10 Juni 2022 berjudul: “Kemurnian Diri”.
Renungan Harian Katolik hari ini, Jumat 10 Juni 2022 dikutip dari halaman website renunganlenterajiwa. Sebagai penulis Fr. Fujio Fransiskus Tawas.
Hari Biasa (H)
1Raj. 19:9a,11-16; Mzm. 27:7-8a,8b-9abc,13-14; Mat. 5:27-32.
Realitas sekarang ini sering mempertunjukkan kepada kita begitu banyak permasalahan sosial yang berkaitan dengan harkat dan martabat seorang wanita.
Dalam posisi ini, wanita seakan-akan menjadi makanan empuk bagi pelecehan atau pun sarang dari perzinahan.
Ini berarti wanita sering mendapatkan posisi terendah bahkan bisa dianggap tidak bernilai dalam realitas sosial.
Hal ini yang membuat tiap negara di dunia menetapkan undang-undang yang berkaitan dengan harkat dan martabat seorang wanita.
Injil hari ini secara garis besar mau menegaskan bahwa manusia harus hidup lepas dari apa yang disebut sebagai perzinahan.
Sejak dahulu masalah perzinahan sudah menjadi dosa klasik bagi kehidupan manusia. Sumber utama dari perzinahan adalah pikiran dari manusia itu sendiri.
Yesus menegaskan bahwa meskipun kita hanya memikirkan dan menginginkan perempuan, secara bersamaan kita telah melakukan zinah.
Yesus rupanya memiliki pemahaman yang lebih radikal lagi terhadap hukum Taurat berkaitan dengan perzinahan.
Dalam Kitab Imamat pasal 5 menegaskan bahwa orang yang melakukan perzinahan hendaklah dihukum mati.
Pikiran yang sesat itu bagi Yesus hanyalah akan membawa seseorang pada kebinasaan dalam dirinya.
Dalam hal ini Yesus mau menekankan kemurnian diri seseorang. Tubuh adalah bait suci yang tidak bernoda dan tentunya menjadi wadah terindah dari jiwa.
Kita harus hidup pada jalan kebenaran. Hal ini sangat nampak dalam kehidupan Elia. Meskipun Israel berkhianat kepada Allah, hanya Elia yang masih hidup dalam jalan kebenaran.
Kita diharapkan hidup seperti Elia. Ketika Allah menanyakan apa kerja Elia, dia mejawab bahwa dia bekerja segiat-giatnya untuk Allah.
Hal ini sebenarnya secara sederhana mau menunjukkan bahwa seluruh pikiran dan segalah hal yang dia miliki hanyalah untuk Allah.
Kita sebagai umat beriman diharapkan hidup dengan cara yang demikian. Kita arahkan semua pikiran kita hanya untuk Allah.
Allah mau agar kita dapat melahirkan kemurnian dalam diri kita. Kemurnian ini hendaknya menjadi spirit bagi kita untuk melakukan segalah hal yang diharapakan oleh Allah, sehingga dapat dikatakan kita menjadi orang yang tidak bercacat di hadapan Allah.
Sebagai manusia yang beriman, kita berusaha menjadi orang yang selalu terus memperbaharui diri dalam segalah tindakan kita setiap hari.
Kita berdoa agar Tuhan dapat menciptakan hati yang suci dan murni dalam diri kita.
“Karena lebih baik bagimu jika satu anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka” ( Mat. 5:32b)
Marilah berdoa:
Tuhan, murnikanlah diri kami agar kami layak di hadapan–Mu. Amin