Renungan Harian Katolik hari ini, Kamis 15 Desember 2022 berjudul: “Rendah Hati dan Tetap Percaya kepada Tuhan”
Renungan Harian Katolik hari ini dikutip dari halaman website thekatolik.com.
Umat Katolik pada hari Kamis ini memperingati Santa Kristiana, Pengaku Iman
Pekan ini juga merupakan Pekan Adven ke-3. Liturgi yang digunakan berwarna Ungu.
Bacaan Pertama terambil dari Injil Yesaya 54:1-10
Firman Tuhan Bersabda:
(1) Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembiralah dengan sorak-sorai dan memekiklah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami, firman Tuhan.
(2) Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu!
(3) Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.
(4) Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu,
dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu.
(5) Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, Tuhan semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.
(6) Sebab seperti isteri yang ditinggalkan dan yang bersusah hati Tuhan memanggil engkau kembali; masakan isteri dari masa muda akan tetap ditolak? firman Allahmu.
(7) Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali.
(8) Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman Tuhan, Penebusmu.
(9) Keadaan ini bagi-Ku seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya
bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi.
(10) Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman Tuhan, yang mengasihani engkau.
Bacaan Injil pada hari Kamis terambil dari Injil Lukas 7:24-30
Firman Tuhan Bersabda:
(24) Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: ”Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari?
(25) Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja.
(26) Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi.
(27) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau,
ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.
(28) Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.”
(29) Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes.
(30) Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.
Demikianlah bunyi Injil Tuhan hari ini. Amin.
Renungan Katolik Hari Kamis 15 Desember 2022
Ketika kita memutuskan untuk berhenti melangkah, maka disitulah awal titik kegagalan kita. Padahal sisa selangkah lagi menuju pintu keberhasilan.
Demikan untaian kalimat bijak yang menyadarkan bahwa keberhasilan dan kegagalan tidak berada jauh di seberang, namun sering ada di depan mata.
Kebanyakkan orang terlalu terburu-buru memutuskan untuk menyerah dan tidak mau bangkit lagi padahal sisa selangkah lagi meraih keberhasilan itu.
kerap kali orang juga lupa bagaimana jalan menuju cita-cita yang digantung setinggi langit itu. Hingga akhirnya cita-cita itu tidak pernah bisa digapai. Padahal hanya dibutuhkan sikap percaya, sedikit usaha dan perjuangan.
Bacaan injil hari ini mengisahkan tentang seorang perempuan dari Siro-Fenesia yang anaknya sedang kerasukan. Ia datang kepada Yesus memohon agar anaknya disembuhkan. Namun apa yang ia dapatkan?
Perempuan dari Siro-Fenesia itu tak langsung mendapatkan apa yang diinginkannya. Permohonannya ditolak oleh Yesus. Apakah ia menyerah? Tidak! Ia tidak berhenti dengan penolakan itu.
Ia terus memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya dengan penuh kerendahan hati dan mengakui semua yang dikatan kepadanya oleh Yesus.
Yesus pun terkagum dengan apa yang diucapkan perempuan dari Siro-Fenesia itu. Akhirnya perjuangannya tidak sia-sia, Hati Yesus mampu diluluhkannya.
Dalam menjalani kehidupan ini, tak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kadang kala kita harus menelan pil kegagalan walau telah berjuang dengan susah payah. Semuanya terasa sia-sia.
Sepertinya Tuhan tidak mendengar dan mengabulkan doa permohonan kita. Jika kita saat ini berada pada situasi seperti itu, kita dapat memetik pelajaran dari bacaan injil hari ini. Kita dapat belajar tentang kegigihan Perempuan dari Siro-Fenesia dalam memperjuangankan kesembuhan anaknya.
Sikap rendah hati dan tetap percaya kepada Tuhan adalah contoh sikap dari Perempuan dari Siro-Fenesia yang patut kita teladani.
Oleh karena itu, dalam perjalanan hidup sehari-hari, hendaklah kita memiliki sikap rendah hari dan percaya akan kuasa Tuhan.
Dalam menghadapi cobaan dan permasalahan dalam hidup, kita harus ulet dan tidak putus asa seperti yang ditunjukan perempuan Siro-Fenisia.
Semangat yang rapuh dan loyo tidak akan pernah bisa menyelesaikan permasalahan dalam hidup.
Memiliki kemauan dan tekad yang kuat adalah motor yang dapat menghasilkan ‘mukjizat’ yang akan membawa kita keluar dari kesulitan di dalam menjalani kehidupan.
Sudah banyak terbukti berkat kekuatan sebuah tekad, banyak kesembuhan yang dapat terjadi.
Perempuan Siro-Fenisia juga mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang yang selalu perkatakan dan bersikap positif, meski dalam suasana yang tidak kondusif.
Reaksi orang atas usahanya mencari kesembuhan bagi anaknya tidaklah penting dibandingkan kesembuhan anaknya.
Dunia dapat diubah dengan kata-kata yang positif. Kata-kata positif yang keluar dari mulut Perempuan Siro-Fenisia itu dangan dihargai Tuhan Yesus.