Renungan Harian Katolik hari ini, Sabtu 8 Juli 2022 berjudul: “Penegasan Yesus”.
Renungan Harian Katolik hari ini, Sabtu 8 Juli 2022 dikutip dari halaman website renunganlenterajiwa. Sebagai penulis Fr. Don Kamilo Tawurutubun.
Hari Biasa (H). Pfak S. Gregorius Grassi, Usk, S. Agustinus Zhao Rong, ImMrt, dkk., Mrt Tiongkok, (M)
Yes. 6:1-8; Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Mat. 10:24-33.
Pada dasarnya dalam menjalani kehidupan setiap hari, kita tentunya pernah diperhadapkan dengan situasi tertentu di mana membuat kita menjadi takut dan tidak berdaya untuk melakukan sesuatu.
Karena itu, kita seakan-akan bersikap menyerah untuk melakukan sesuatu yang ingin kita lakukan.
Maka dari itu, kita perlu motivasi atau dukungan serta peneguhan dari orang lain agar supaya ketakutan dan ketidakberdayaan kita dapat diteguhkan dan kiranya kita senantiasa dimampukan untuk siap melakukan sesuatu.
Sebagai pengikut Kristus yang sejati, sudah pasti kita selalu mengandalkan Kristus sebagai sang motivator dan guru sejati.
Kita tentu membutuhkan motivasi dan dorongan serta peneguhan dari Kristus sendiri.
Melalui sabda Tuhan dalam bacaan pertama hari ini, kita dipertemukan dengan sebuah peristiwa mengenai panggilan Allah kepada nabi Yesaya.
Yesaya adalah seorang yang najis bibir dan ia tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.
Namun atas cara-Nya, Tuhan memanggil dia menjadi abdi-Nya. Yesaya dengan yakin menyahut panggilan Allah dengan berseru, “Inilah aku, utuslah aku”.
Kita hendaknya juga menghidupi seruan ini di dalam kehidupan kita setiap hari, agar kelak kita dimampukan untuk selalu melakukan apa yang Ia sabdakan.
Karena itu, panggilan ini menjadi rahmat bagi Yesaya sendiri.
Selanjutnya melalui bacaan Injil, Yesus juga memberikan beberapa penegasan yang amat penting kepada kita yakni: pertama, seorang murid tidak lebih daripada gurunya atau seorang hamba tidak lebih daripada tuannya.
Maka dari itu, kita mestinya berperilaku sesuai dengan hakikat kita. Jika kita adalah guru atau tuan maka berlakulah demikian.
Begitu pula sebaliknya, jika kita adalah murid atau hamba maka kita perlu berlaku juga demikian.
Kita jangan berlaku seakan-akan seperti guru atau tuan, padahal hakikat kita yang sesungguhnya adalah murid atau hamba.
Kedua, kita jangan takut terhadap mereka yang membunuh tubuh, tetapi takutilah Dia yang berkuasa atas tubuh dan jiwa.
Penegasan ini secara mutlak mengharuskan kita supaya takut dan tunduk di hadapan Tuhan.
Dari kedua penegasan ini serta seruan nabi Yesaya, maka kita dianjurkan agar senantiasa menghidupi semua hal itu dalam praktek hidup harian kita.
“Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya.” (Mat 10:24)
Marilah berdoa:
Ya Tuhan, bantulah kami untuk tetap setia kepada-Mu hingga akhirnya kami boleh memperoleh berkat-Mu. Amin.