Renungan Harian Katolik Selasa 21 Februari 2023: Fenomena Pelayanan

Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 21 Februari 2023 berjudul: “Fenomena Pelayanan”

Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 21 Februari 2023 dikutip dari halaman website thekatolik.com.

Renungan Harian Katolik Selasa 21 Februari 2023

Pada Renungan Harian Katolik Selasa 21 Februari 2023 dalam bacaan injil Markus 9:30-37 kita dapat merenungi fenomena pelayanan di dalam konteks hidup menggereja akhir-akhir ini terkesan seperti semakin memudar.

Tidak mudah lagi dijumpai seorang katolik mau melayani di sekitar Gereja dengan tulus, artinya dengan tanpa imbalan apapun.

Tidak jarang sekarang, mungkin karena pengaruh dunia pada umumnya, banyak hal bisa berjalan atau tidak jika ada imbalan tertentu, terutama imbalan ekonomis.

Ini jika sedikit membandingkan dengan apa yang kelihatan dalam kehidupan menggereja dimasa-masa peralihan Gereja di Indonesia menuju Gereja Indonesia.

Tidak sedikit tokoh Gereja, katekis misalnya, yang sungguh-sungguh melayani tanpa banyak perhitungan berkaitan dengan hasil ekonomis yang akan ia dapatkan.

Bahkan mungkin agak miris, tidak sedikit dari mereka yang sudah sedemikian total untuk melayani pada akhirnya nampak seperti ‘terlupakan’.

Pada hari ini Yesus mengingatkan para murid, dan sekarang ini tentu saja kita semua, untuk kembali ingat tentang nilai luhur dan abadi tentang melayani.

- Iklan -

Perlombaan untuk menjadi siapa yang lebih hebat dan berkuasa menjadi fenomena umum masyarakat, sejak zaman Yesus sampai sekarang ini.

Baca Juga:  Bolehkah Membakar Mushaf yang Rusak? Begini Penjelasannya

Dalam sejarah kita bisa belajar bagaimana banyak tokoh dunia yang terkenal karena kekuasaannya, bukan karena hasil pelayanannya.

Tidak sedikit orang yang menjadi begitu nyaman dengan jabatan, posisi, status, kedigdayaan, tanpa peduli bagaimana cara mendapatkannya.

Hal ini juga menjadi pergulatan dalam diri para murid, siapa yang terbesar diantara mereka.

Tetapi justru Yesus mengajak yang sebaliknya, melihat perspektif kebesaran seseorang karena ia mempunyai nilai hidup yang tinggi.

Karena situasi zaman, kita seperti kehilangan roh dari pelayanan, kita kekurangan makna tentang indahnya pelayanan.

Kecenderungan sekarang yang jamak terjadi adalah apa yang bisa saya dapatkan, bukan berjuang untuk semangat apa yang bisa saya berikan.

Salah satu hal yang bisa mungkin terjadi mengapa sampai pada fenomena yang demikian adalah karena pengertian yang kurang penuh tentang melayani.

Bagi kebanyakan orang, menjadi pelayan adalah status yang tidak lebih tinggi dari seorang bos misalnya.

Menjadi pelayan berarti berada pada taraf yang rendah, yang tidak mendapat penghargaan, yang harga dirinya diinjak-injak.

Demikian juga dengan makna melayani, dimaknai sebagai bentuk hidup yang kurang berharga. Kalau bisa dilayani, mengapa harus melayani?

Memang, melayani merupakan bentuk sikap orang beriman yang mau rendah hati, dihadapan sesama dan Tuhan. Dan nilai itulah yang ditawarkan oleh Yesus.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Jumat, 15 November 2024: “Itu Bukan Urusanmu”

Melayani sama sekali bukan menjadi orang yang rendah, melayani persis bukan seperti orang yang tidak berharga atau mempunyai harga diri.

Justru orang yang berani melayani adalah orang yang berani dilihat kualitas hidupnya, kualitas dirinya, dan bahkan kualitas imannya.

Sementara banyak orang yang maunya dilayani, Yesus mengajak para murid untuk berani menampakkan kualitas Kristiani yang berbeda namun bernilai ilahi.

Sangat mengharukan bahwa tetap ada begitu banyak orang Katolik yang menghidupi indahnya nilai melayani, tanpa perhitungan untuk rugi, mereka sungguh melayani tanpa lelah.

Bukan kehormatan dan kenyamanan manusiawi yang mereka perjuangan, namun nilai Kristiani yang ditawarkan oleh Yesus menjadi bagian hidup, bahkan dalam kehidupan yang paling personal.

Secara kasat mata, nilai luhur melayani tidak begitu tampak.

Namun itulah nilai Kristiani yang sejak permulaan-nya menjadi roh dari kehidupan Gereja.

Sejarah membuktikan nilai melayani menjadi nilai yang tetap layak diperjuangkan hingga saat ini, dalam kehidupan kita masing-masing.

Doa Penutup

Allah Bapa Mahakuasa, semoga kami mengimani sabda-Mu, semoga kami mengalami bahwa Roh-Mu mendampingi kami pada saat kesesakan dan kesulitan.

Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU