Renungan Harian Katolik, Selasa 7 Juni 2022 berjudul: “Kebaikan Hati“.
Renungan Harian Katolik, Selasa 7 Juni 2022 dikutip dari halaman website renunganlenterajiwa. Sebagai penulis Fr. Markus Ngilawan.
Hari Biasa (H).
1 Raj. 17:7-16; Mzm. 4:2-3,4-5,7-8; Mat. 5:13-16.
Kebaikan yang dilakukan pasti mendatangkan berbagai hal yang baik untuk orang lain. Kebaikan itu berasal dari hati yang jujur dan bersumber dari Allah sendiri sehingga pikiran dan perbuatan dari pribadi seseorang itulah yang membuat orang lain merasakan suka cita, damai atas kebaikan yang mereka terima.
Tindakan baik yang dilakukan oleh manusia merupakan kewajiban dari manusia sendiri seperti yang diperintahkan oleh Allah sendiri.
Pada hari ini, dalam injil Matius dikisahkan tentang ajaran Yesus yang menekankan kita untuk bisa menjadi garam dan terang untuk dunia.
Di sini kita semua dituntut untuk menjadi pribadi yang menjunjung tinggi kebaikan dengan cara berbuat baik untuk diri sendiri dan kepada sesama kita.
Menjadi garam dunia berarti kita mampu membuat orang lain yang berada di sekitar kita itu merasakan kebaikan, suka cita, kedamaian dan lain-lain karena perbuatan baik yang kita lakukan sendiri.
Menjadi terang dunia berarti kita dituntut untuk melakukan kebaikan sehingga orang lain yang melihat kebaikan yang kita lakukan pasti mereka juga mencontohi dan melakukan hal-hal baik tersebut.
Dalam injil hari ini dikatakan “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu di sorga” Luk. 5:16.
Untuk itu menjadi garam dan terang dunia berarti kita mampu melakukan kebaikan itu dengan hati yang jujur dan selalu konsisten.
Jujur dan konsisten berarti kita melakukan dengan sungguh-sungguh, tidak berbohong, tidak mencari pujian dan keuntungan sendiri dari orang lain, selalu melakukan kebaikan dalam keadaan apa pun dan di mana pun tanpa harus melihat situasi kemudian melakukan kebaikan.
Bacaan pertama mengisahkan tentang Elia dan seorang janda di Sarfat itu mau menunjukkan kebaikan Tuhan yang sungguh luar biasa.
Di sini menggambarkan bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang memiliki niat, maksud dan tujuan yang baik dan tulus.
Kebaikan dari janda itu menghantarkan dia kepada kebaikan yang sesungguhnya yakni kebaikan dari Tuhan sendiri.
Maka kita dituntut untuk selalu berbuat kebaikan dengan hati yang jujur karena pasti perbuatan baik kita itu akan terbalaskan lebih dari yang kita lakukan sebagaimana seorang janda di Sarfat itu dan juga kita harus menjadi garam dan terang untuk sesama kita.
Apakah saya atau anda sudah menjadi garam dan terang itu sendiri untuk sesama kita yang ada di sekitar kita yakni keluarga, teman, sahabat dan lain-lain? Pertanyaan inilah yang harus kita refleksikan bersama.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu di sorga.” (Mat. 5:16)
Marilah berdoa,
Allah sumber kebaikan sejati, mampukanlah kami umat-Mu untuk dapat melakukan kebaikan untuk sesama kami yakni menjadi garam dan terang dunia. Amin.