Ibu masih berserakan pada tepi ranjang usang dan lantai berdebu di dalam kamar lamaku. Cerita-cerita Ibu menggaung memantul-mantul dan merambat hingga ke masa lalu. Aku serasa menjadi seorang anak berusia empat tahun lagi setiap kali memasuki ruangan itu.
Ibu, entah kenapa, paling senang bercerita tentang istri-istri nabi dengan narasi yang dia buat sendiri.
Maka, tokoh utama cerita Ibu hampir selalu seorang wanita yang diuji bertubi-tubi atau yang justru berkhianat pada nasib, sedangkan suami suci mereka hanya berdiri jauh di pinggir, seperti satu titik cahaya yang berpendar samar.
Aku tidak ambil pusing tentang tema cerita apa yang dibawa Ibu. Aku hanya takjub oleh hamparan padang pasir, kalajengking, dan azab Tuhan yang seperti langsung diturunkan oleh Ibu.
Untuk mengabadikannya, Ibu mengetik cerita-cerita itu pada ratusan lembar kertas yang sekarang tersebar menyelinap di antara buku-buku tua yang berjejer mati pada tiga buah lemari kayu yang sudah hampir ambruk digerogoti rayap dan waktu.
Beberapa cerita itu sekarang berada di tanganku. Demi ibuku, maukah kamu mendengar beberapa kisahnya?
***
Seorang wanita ditakdirkan untuk menjadi istri nabi. Yang didapatkan wanita itu bukan hanya seorang utusan Tuhan, tapi juga pria yang mapan serta rupawan. Layaknya nabi-nabi lain, dia juga adalah seseorang yang lembut tutur katanya.