Resesi 2023

Bahwa dunia akan memasuki Resesi Ekonomi, dan terasa dampaknya di 2023. Dunia akan kehabisan dana akibat:

  1. Pandemi.
  2. Akibat banyak negara lockdown. Dimasa pamdemi dan sampai hari ini China masih juga ada lockdown.
  3. Harga properti ambless.
  4. Dana tidak tersirkulasi alias struck. Kita semua tahu bahwa China memegang 35 volume dagang dunia. Kalau mereka lockdown dan tak terkendali lalu menuju stagflasi, efeknya besar ke Indonesia juga.

Luar biasa spending negara-negara di dunia dan masyarakat masa pandemi, spending untuk obat-obatan di saat bersamaan orang tidak produktif krn lockdown dan work from home. Putaran ekonomi dunia melambat..

Syukur aja Indonesia tidak lockdown, tapi PPKM saja. Bila melakukan lockdown saat pandemi, hari ini negara akan bangkrut-krut.

Menuju akhir pandemi, ekonomi juga tidak berputar. Kita ambil contoh di Amerika, mereka dorong ekonominya untuk bisa muter dengan printing money. Jorjoran supaya ekonomi muter. Akibatnya Inflasi naik.

Di coba diatasi dengan Fred menaikan suku bunga, supaya spending berkurang tapi harga bahan makanan naik terus. Amerika, China, Turky dan Jerman kelimpungan. Ditambah lagi Rusia dan Ukrina perang. Rusia diembargo, tapi pipa gas Rusia ke Eropa tutup, mati Eropa, Khusus Jerman.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Bagaimana Indonesia? Pasti kena imbas karena dua negara besar Amerika dan China juga tujuan ekspor indonesia.

Indonesia saat ini tak kuat lagi menopang subsidi yang sudah terlanjut naik dan berat, akibatnya kenaikan harga BBM tak terhindari. Apalagi penerimaan pajak menurun karena transaksi keuangan dimasyarakat dan perusahaan turun. Industri-industri menurunkan produksinya, karena tidak laku. Jalan percuma daya beli turun juga. PHK tak terelakkan.

Yang ingin saya katakan waspada pada resesi 2023. Harga properti akan jatuh, harga-harga komodi naik, BBM terpaksa mungkin dinaikan lagi. Biaya logistik otomatis naik, belum lagi listrik.

Sementara uang ditangan masyarakat nilai menurun minimal 5% secera hitungan ekonomi. Tapi fakta rillnya sudah turun 30%, makanya harga material manufakture ikut naik 30% ditambah pajak PPN juga naik dari 10% ke 11%.

- Iklan -

Apa yang harus dilakukan? Kurangi spending! Kalau zaman Pak Harto, kencangkan ikat Pinggang. Padahal sudah kencang ini. Mau kencang seketat apa lagi?

Baca Juga:  Revisi UU ITE 2024: Perbaikan atau Sekadar Tambal Sulam?

Resesi ini skala dunia.

Indonesia masih diuntungkan karena beras tidak import lagi, tapi beberapa material campuran pupuk masih diimport. Jadi kait mengkait. Import BBM masih juga tinggi, karena liftiing tambang minyak tidak naik.

2023 bakal banyak program pembangunan fisik akan di cut. Terpaksa. Kemungkinan Indonesia masih menambah hutang karena hutang proyek yang bisa mendorong putaran uang di masyarakat.

Disisi lain, biaya politik mulai spending juga. Walau terasa terlalu cepet karena masih dua tahun lagi Pilpress. Tapi partai dan politisi punya schedule sendiri. Pertanyaannya,  seperti apa 2023 itu? Sebenarnya serem juga, tapi mau bagaimana lagi, hanya bisa kuatkan daya tahan untuk survive.

Silahkan berkotemplasi, what will be happen in next month and next year.

No body perfect to make well measurement (perhitungan yang tepat).


Penulis: Thaha (Ketua DPP Ikajoss dan Generist Independen)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU