Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai kampus terbaik di Indonesia terus mendorong kontribusi akademiknya dalam mewujudkan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Unhas tidak sekedar mengedepankan target menjadi universitas yang diakui secara global namun senantiasa menjaga tugas pokoknya menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Indonesia secara umum maupun Sulsel secara khusus.
Kontribusi berbentuk tri darma perguruan tinggi itu dilakukan dengan memanfaatkan secara luas sumber daya yang dimiliki Unhas, baik secara mandiri maupun melalui kerjasama dengan pihak lain atau institusi yang memiliki reputasi sangat baik.
Berangkat dari pemikiran itu, Unhas terus membuka diri dan menawarkan kerjasama dengan pihak lain untuk memberikan kontribusi bersama, khususnya terkait implementasi tri darma. Salah satu institusi yang telah bekerjasama dengan sangat baik, produktif dan sifatnya jangka panjang adalah dengan RIKEN Japan.
RIKEN merupakan institusi riset ilmiah terbesar di Jepang. Didirikan sejak 1917 lalu, dengan jumlah peneliti hingga kini sekitar 3.000 orang, yang tersebar pada tujuh kampus riset utama. Kantor pusat RIKEN di Wako, Prefektur Saitama, tak jauh dari pusat pemerintahan Jepang, Tokyo.
Nama RIKEN berasal dari singkatan Rikagaku Kenkyūjo (the National Institute of Physical and Chemical Research). RIKEN melakukan riset utama pada bidang fisika, kimia, biologi, genomik, sains kedokteran, teknik, komputer berkinerja tinggi dan sains komputasi, baik yang bersifat riset dasar sampai riset terapan. Memiliki 485 mitra kerjasama diseluruh dunia termasuk Unhas.
Direktur Komunikasi Unhas, Suharman Hamzah, Ph.D., menjelaskan bahwa RIKEN Nishina Center for Accelerator-Based Science (RNC) merupakan salah satu unit riset RIKEN yang berfokus pada penelitian isotop radioaktif dan akselerator ion berat. RNC dan Unhas kembali melanjutkan kerjasama yang telah dimulai lima tahun lalu.
Perpanjangan Naskah Kesepahaman ditandatangani oleh Prof. Dr. Hideto En’yo, Direktur Nishina Center Riken dan Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas Hasanuddin.
“Naskah Kesepaham bertajuk kolaborasi penelitian tentang peningkatan tanaman asli Indonesia menggunakan balok ion-berat dan menganalisis sifat mutase gen yang dihasilkan. Naskah Kesepahaman juga mengandung rencana kegiatan itu berlaku hingga 2024,” kata Suharman.
RNC memiliki pengalaman panjang dalam riset untuk menambah nilai bagi tanaman. Antara lain dengan cara menyinari benih tanaman menggunakan balok ion-berat untuk menginduksi mutagenesis. Penelitian ini telah dilakukan pada berbagai tanaman, tetapi untuk padi, khususnya, penelitian bekerja sama dengan stasiun percobaan pertanian domestik di Jepang sedang berlangsung untuk mencapai peningkatan toleransi garam, kerdil, dan pematangan awal.
Di sisi lain, Unhas telah melestarikan berbagai jenis beras Indonesia asli dengan sifat tahan penyakit, kandungan gizi, dan kandungan aromatik. Di Indonesia, permintaan ini meningkat untuk beras yang gurih dan sehat, seperti beras hitam dan beras aromatik, dimana jenis beras ini lebih disukai daripada beras biasa. Beras di Indonesia, cenderung berbatang panjang, memiliki hasil yang sedikit dan membutuhkan waktu lama untuk tumbuh, karakteristik yang membuatnya tidak cocok untuk metode penanaman baru.
Dosen Fakultas Pertanian, Rinaldi Sjahril, PhD., sebagai penanggungjawab kerjasama dengan RNC mengatakan, saat ini pihak RIKEN dan Unhas sedang mengembangkan riset untuk mutasi pada benih lokal Toraja.
Ada 3 jenis varietas yaitu Pare Lea (beras merah), Pare Ambo (beras merah) dan Pare Bau (beras aromatik). Dengan teknologi mutasi menggunakan heavy ion beam diharapakn ketiga varietas ini bisa tumbuh dengan batang lebih rendah, dengan waktu panen lebih singkat.
Pare Lea (beras merah) sejauh ini memiliki bantang dengan panjang 170 cm dan umur sampai panen sekitar 7 bulan. Dengan teknologi ini diharapkan hanya memiliki panjang batang 120 cm dengan masa panen 5 bulan. Sedangkan Pare Ambo (beras hitam), dari panjang batang saat ini 150 cm menjadi 120 cm dan masa panen dari 5 bulan menjadi 4 bulan. Untuk varietas Pare Bau yang sudah sekitar 120 cm denga masa panen turun dari 4 bulan menjadi 3 bulan.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Dwia menyampaikan terima kasih atas kepercayaan RIKEN untuk kembali melanjutkan kerjasama dan bahkan memperluas cakupan kerjasama.
“Ini adalah bentuk kepercayaan yang harus dijaga dan dilaksanakan secara konsisten, selain sebagai dukungan untuk kepentingan Unhas dan RIKEN juga untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia khususnya Sulsel,” kata Prof. Dwia.
Kerjasama ini akan dikembangkan lebih luas pada bidang kedokteran dan fisika. (FP/Rls)