Bel masuk telah berbunyi bahwa sekolah telah usai. Rio dan Davano segera keluar dari kelasnya dan menuju ke halte bus untuk pulang ke rumah masing masing.
*Skip*
Rio telah sampai di rumahnya. Ia menghela nafas Panjang sambil menatap sendu rumahnya itu. Ia seperti merasa baru sehari ia berada di Kota Baya. Namun waktu megatakan sudah 6 tahun ia berada di Kota Baya setelah kejadian “itu”. Lalu Rio segera menapaki lantai kayu yang berada di depan rumahnya itu.
*Ceklek*
Rio memasuki dan menapaki lantai pualam berwarna abu abu di rumahnya itu. Hening, tidak ada siapapun disini. Hanya ada beberapa maid yang masih bertahan setelah sang kakak memecat beberapa maid karena mereka sudah tidak cukup untuk membayarnya.
Kak Andra berkerja di perusahaan papanya untuk melanjutkan perekonomian itu. Kakak keduanya Niko, berkuliah di salah satu universitas terkenal di Kota Baya. Sementara anak ketiga, Dimas. Ia juga berkuliah di universitas yang sama dengan kakak keduanya itu. Namun mereka hanya beda beberapa semester.
“Hah, as always im alone in this big home.” kata Rio dan segera berjalan ke kamarnya yang berada di lantai dua dengan sedikit tertatih karena lelah melakukan aktivitasnya itu.
*Skip*
Rio masih menekuni dirinya di depan meja belajarnya dengan laptop yang menyala dan buku pelajaran yang menumpuk seperti gunung itu. Rio terlalu serius dengan pekerjaannya itu, sehingga ia tak menyadari bahwa ada yang memandanginya dari sela sela pintu yang sedikit terbuka itu.
‘Maafkan aku Rio’. kata seseorang dengan lirih dan meninggalkan kamarnya tersebut.
*Skip*
Rio telah menyelesaikan seluruh PR nya ia memandangi jamnya dan tersenyum miris.
Waktu menunjukan jam 03:30 pagi.
“Hah, hari keenam aku begadang. Ya sudahlah. Aku mau mandi dan segera ke sekolah sebelum seluruh kakakku bangun dan mulai memukuliku lagi.” sahutnya dan segera merapikan meja belajarnya
Lalu Rio segera bangun dari kursinya dan menuju ke kamar mandi dengan tertatih. Ia tidak merasakan apapun saat biasanya. Namun,