Risiko Berhubungan Seks di Usia Dini

Satu pertanyaan besar terpatri dengan jelas di dalam benak kebanyakan orang tua ketika remaja mulai asyik berkencan: Apakah mereka berhubungan seks?

Maka dari itu, penting untuk orangtua serta sekolah memberikan pendidikan seksual yang tepat pada remaja. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa seks di usia terlalu muda bisa membawa efek negatif hingga dewasa.

Kemungkinan besar karena aktivitas terjadi ketika sistem saraf masih berkembang. Sejumlah hasil negatif bisa terjadi, terutama untuk anak perempuan. Mulai dari risiko tinggi kehamilan yang tidak diinginkan, tertular HIV atau penyakit menular seksual (PMS), kanker serviks, dan dampak psikologis negatif lainnya.

- Iklan -

Oleh karenanya, pastikan untuk memberi tahu putra putri Anda tentang risiko yang akan dihadapinya jika melakukan aktivitas seksual terlalu dini dengan pacar atau teman lawan jenisnya.

Selain itu, jelaskan juga bahwa jika aktivitas seks yang dilakukan membuat ia hamil, risiko yang ditimbulkan akan semakin besar. Jelaskan padanya bahwa kehamilan di usia remaja berisiko menyebabkan keguguran, kematian bayi, kematian ibu saat bersalin, kanker serviks (leher rahim), dan penularan penyakit kelamin.

Di samping berbagai risiko kesehatan tersebut, pernikahan usia remaja juga berdampak buruk bagi kesehatan mental kedua pasangan. Intinya, memberikan edukasi seks untuk anak dan remaja perlu dilakukan perlahan dan beralasan. Artinya, Anda tidak sekadar melarang tetapi menjabarkan alasannya.

- Iklan -

Edukasi seks pada anak juga tidak hanya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan organ seksual semata. Namun juga berhubungan dengan kepemilikan dan kenyamanan tubuh.

Berikut beberapa poin penting yang perlu disampaikan saat memberikan pendidikan seksual pada anak:

Bagian Tubuh dan Fungsinya

Studi yang ditunjukkan dalam Adolescent sexuality and the media menunjukkan, semakin sering anak terekspos dengan gambar seksual di media, akan lebih besar pula keterlibatan mereka dalam perilaku seksual sejak usia sangat muda.

- Iklan -
Baca Juga:  3 Tips Memilih Susu Oat yang Tepat

Walaupun begitu, pendidikan seksual yang sebenarnya tidak akan menuntun anak menuju pergaulan bebas. Rasa penasaran mengenai seks adalah langkah alami dari pertumbuhan anak untuk belajar tentang tubuhnya.

Edukasi seks membantu anak untuk lebih memahami tentang tubuh dan membantu mereka mencintai tubuh mereka sendiri. Sebelum masuk usia remaja, berikan edukasi seks mengenai area tubuh.

Sebagai contoh, Anda mungkin bisa mengenalkan fungsi vagina atau penis, payudara, dan berbagai bagian tubuh lainnya. Di samping itu, sampaikan pada anak bahwa tidak ada yang boleh menyentuhnya tanpa izin, baik teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya.

Tak lupa, beritahu anak bahwa bagian-bagian tubuh tertentu sebaiknya tidak disentuh oleh siapapun. Contoh: “Kak, tubuh kakak itu cuma boleh kakak yang pegang. Apalagi bagian-bagian sensitif seperti vagina atau penis dan payudara.”

“Jadi, kalau ada yang memegang tubuh kakak, jangan diam saja ya, kakak harus menolak atau cari pertolongan kalau ternyata dipaksa.”

Pubertas yang Akan Dialami

Sebelum memasuki masa puber, tidak ada salahnya bagi Anda sebagai orangtua untuk menjelaskan apa saja perubahan pada tubuh nantinya. Biasanya, memasuki usia 9 atau 10 tahun pubertas akan dimulai.

Pada anak perempuan, sampaikan bahwa ia akan mengalami pertumbuhan payudara, juga menstruasi. Begitu juga pertumbuhan rambut pada beberapa bagian tubuh seperti ketiak dan area vagina.

Sementara pada anak laki-laki, selain pertumbuhan penis dan testis, ia juga akan mengalami perubahan suara, hingga mimpi basah. Lalu, pertumbuhan rambut di area wajah, ketiak, dan area penis. Jelaskan padanya bahwa semua perubahan ini adalah hal yang normal dan tidak perlu malu atau takut jika fase ini terjadi.

Aktivitas Seksual

Pada usia ini, anak Anda mungkin sudah mulai menaruh perhatian terhadap lawan jenis. Maka dari itu, sudah sepatutnya bagi Anda mulai mengajarkan kepada anak mengenai hubungan dengan lawan jenis.

Baca Juga:  Mengenal Penyakit Asam Lambung, Ini Cara Mudah Mengatasinya

Ya, materi ini juga penting untuk disampaikan pada pendidikan seksual anak dan remaja. Sampaikan kepadanya, bagaimana cara memperlakukan teman lawan jenis. Hal ini juga berhubungan dengan edukasi seks mengenai aktivitas seksual. Sebagai contoh, beri tahu bahwa berciuman dan berpelukan sudah termasuk ke dalam aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang dewasa.

Selain itu, sampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami aktivitas seksual apa saja yang akan dilakukan oleh orang dewasa saat berhubungan seks. Sampaikan pada anak bahwa aktivitas tersebut hanya boleh dilakukan saat sudah menikah dan anak seusianya tidak sepatutnya melakukan aktivitas seksual seperti itu.

Sampaikan risiko yang mungkin dialami oleh anak seusianya jika melakukan aktivitas seks. Bukan untuk menakut-nakuti, hal ini dilakukan dengan maksud anak bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri saat sedang tidak dalam pengawasan orangtua.

Kekerasan dan Pelecehan Seksual

Edukasi seks atau pendidikan seksual tidak hanya memberikan pemahaman mengenai gambaran aktivitas seksual. Sejak anak berada di sekolah dasar, berikan pemahaman mengenai pelecehan seksual dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Jelaskan bahwa anak sudah harus bisa melindungi diri sendiri. Misalkan, menyampaikan sesuatu atau berteriak ketika ada orang yang berniat jahat atau menggodanya.

Tidak hanya itu saja, hal ini juga berupa intimidasi penampilan atau bagian tubuh, hingga mencoba menyentuh bagian tubuh tertentu. Jelaskan pula bahwa tidak ada seorang pun yang harus merasa diwajibkan untuk berhubungan seks atas dasar paksaan atau ketakutan. Segala macam seks atas dasar paksaan adalah bentuk pemerkosaan, tidak peduli pelaku adalah orang asing maupun yang mereka kenal baik. (*)

Sumber: Dr. Andreas Wilson Setiawan dan Dr. Fadhli Rizal Makarim

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU