Ritual Ijame, Budaya Unik Suku Dayak

Oleh : N A H A Y A

Salah satu kegiatan Suku Dayak, Kalimantan Tengah, yang juga mengundang wisatawan datang menyaksikan acara tersebut adalah Ritual Ijame. Lokasinya di Kabupaten Barito Timur. Ritual tersebut untuk mengantarkan Ruh Leluhur menuju Tumpuk Datu Tunyung (Surga) melalui Proses Pengkremasian.

Hal tersebut, sebuah keunikan tersendiri terhadap prosesi pemakaman suku Dayak. Tulang-tulang orang yang sudah meninggal, dibakar, sama dengan prosesi pemakaman di Ngaben Bali.

Tempat pembakarannya di sebut Papuyan. Kemudian ada Tamak, yang menjadi tempat penyimpanan abu (Mapui) setelah pembakaran tulang. Ada beberapa syarat utama, atau kriteria, yang harus dipenuhi jika ingin melaksanakan ritual Ijame.

Satu Peti (Rarung Panamakan) berisikan tulang dari tokoh-tokoh adat (mantir, penghulu, atau damang). Satu Peti (Rarung Panawu Wua Surat), berisikan tulang dari seorang wadian (seorang pemimpin ritual/balian). Satu peti (Rarung Biasa) berisikan tulang dari seorang masyarakat biasa ( turunan paju epat) yang beragama Hindu Kaharingan.

Baca Juga:  Libur Akhir Pekan, Ini 5 Destinasi Wisata Ramah Anak di Semarang

Tiga peti/rarung tersebut, syarat wajib yang harus ad ajika ingin melakukan proses Ijame. Itu makanya, ritual ini memerlukan biaya besar. Sihingga ritual Ijame tidak setiap tahun dilaksanakan. Terakhir dilaksanakan pada 2010. Di desa Murutuwu, Kecamatan Paju Epat, Kecamatan Barito Timur. Namun, waktu ritualnya berlansung 2 bulan.

Ritual Ijame salah satu kepercayaan suku Dayak Maanyan sub Paju Epat yang beragama Kaharingan. Suku Dayak meyakini, Ritual ini membutuhkan waktu 9 hari, agar roh orang yang sudah meninggal, benar-benar bisa pulang ke Sorga, yang disebutnya Tumpuk Datu Tunyung.

Beratnya melaksanakana ritual Ijame, harus membuat titian dari rumah kegiatan (lewu putut) menuju Balai yang disebut tetei. Mempersiapkan tarip atau papan ukir. Membuat Balai Pisame. Membuat Balai Hakei. Membersihkan jalan menuju lokasi pengkremasian (papuyan). Membuat Numang Tetei, yaitu titian dari Balai Adat ke rumah yang bersangkutan. Membuat tempat di pinggir sungai untuk mempermudah aktivits selama kegiatan.

Baca Juga:  Tips Wisata Aman dan Menyenangkan ke Pulau Komodo

Selain itu, mempersiapkan beras ketan dari Balai Adat. Memberisihkannya di sungai sampai proses permentasi, sehingga menjadi tuak (minuman tradisonal khas Dayak). Proses pembuatan tuak ini, disebut Ngapanru Aning.

- Iklan -

Prosesi adat ini, sudah dipersiapkan panitianya, jauh sebelumnya. Pelaksananya, para mantir adat dari seluruh desa di wilayah Kadamangan Paju Epat. Merekalah yang bertnaggung jawab penuh, terhadap tahapan pelaksanaan ritual tersebut. Namun mantir yang menjadi pelaksana, orang sudah pernah ditasbihkan serta mengisi hukum adat yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ritual ini. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU