Perang di Jalur Gaza meninggalkan luka batin tersendiri bagi Mohammad Zyad Alshurafa, mahasiswa asal Palestina yang sedang berkuliah di Universitas Lampung.
Di tengah-tengah studi, rumah Mohammad luluh lantak akibat serangan militer di Jalur Gaza pada Mei 2021 lalu.
Rasa putus asa sempat dialami Mohammad. Ia menawarkan diri kepada keluarganya, untuk tidak melanjutkan studi dan kembali ke Gaza dalam rangka membantu orang tua. Namun Zyad dan Neibal, selaku ayah dan ibu Mohammad, melarangnya.
“Orang tua saya berharap saya bisa memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik di Indonesia.
Itulah kenapa saya terus bersemangat untuk belajar Ilmu Komputer, termasuk pada hari ini, merantau ke Surabaya untuk mulai magang di SEVIMA,” ungkap Mohammad dalam bahasa Indonesia yang fasih saat Penyambutan Mahasiswa Magang dari Universitas Lampung, Rabu (09/02) di Gedung SEVIMA Surabaya.
Bermula dari Kesempatan Beasiswa di Universitas Lampung
Wakil Rektor Bidang Kerjasama Universitas Lampung, Prof Suharso, menyatakan bahwa kehadiran Mohammad di Universitas Lampung bermula dari kerjasama kampus tersebut dengan Palestina.
Universitas Lampung kemudian mendanai lima mahasiswa asal Palestina untuk berkuliah secara gratis di kampus negeri kebanggaan masyarakat Lampung ini.
“Kita carikan dana untuk beasiswa, dan kita dukung Mohammad dan kawan-kawannya dalam berjuang untuk studi.
Harapan kami, kedatangan Mohammad bisa mempromosikan persahabatan antar bangsa, sekaligus membantu Palestina yang sedang dalam kesulitan,” ungkap Suharso dalam acara penyambutan tersebut.
Perjuangan untuk menempuh studi telah dimulai Mohammad jauh sebelum datang ke Indonesia. Ia mengetahui kesempatan beasiswa ini dari selebaran yang ditempel di mading kampusnya di Gaza.
Dengan pertimbangan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia relatif lebih unggul dibanding di Gaza, dan tersedia beasiswa gratis, Mohammad rela untuk meninggalkan kuliahnya di Gaza yang sudah berjalan dua semester.
Untuk berangkat ke Indonesia, anak ketiga dari sembilan bersaudara ini juga harus dihadapkan dengan masalah keberangkatan. Permohonan visanya sempat ditolak berkali-kali oleh otoritas Mesir maupun Israel.
Alhasil, Mohammad terlambat mengikuti kuliah. Ia tiba di Lampung pada September 2019. Sedangkan kawan-kawannya sudah mulai berkuliah sejak Februari.