Pejabat Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan mengerikan mengenai Rusia yang meningkatkan kesiapan untuk serangan besar ke Ukraina.
Para pejabat AS mengatakan Rusia telah mengumpulkan 110.000 tentara di sepanjang perbatasan dengan tetangganya yang pro-Barat tersebut. Namun penilaian intelijen belum menentukan apakah Presiden Vladimir Putin benar-benar memutuskan untuk menyerang Ukraina.
Pasukan Rusia yang dikumpulkan di perbatasan diprediksi dapat memberi Putin kekuatan untuk invasi skala penuh pada pertengahan Februari, menurut para pejabat AS. Setidaknya Putin membutuhkan sekitar 150.000 tentara.
Mereka menilai Putin menginginkan semua opsi tersedia untuknya, dari kampanye terbatas di wilayah Donbas yang pro-Rusia di Ukraina hingga invasi skala penuh.
Namun Rusia menyangkal mereka merencanakan serangan ke Ukraina. Kyiv juga menolak “prediksi apokaliptik” atas potensi invasi Moskow.
“Jangan percaya prediksi apokaliptik. Ibu kota yang berbeda memiliki skenario yang berbeda, tetapi Ukraina siap untuk perkembangan apa pun,” tulis Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba.
“Hari ini, Ukraina memiliki tentara yang kuat, dukungan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kepercayaan orang Ukraina di negara mereka. Musuhlah yang harus takut pada kita.”
Penasihat kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan langkah terbaru Rusia tidak mengejutkan. Ini karena Moskow telah berusaha menekan Kyiv dengan melakukan rotasi pasukan skala besar, manuver dan penyebaran senjata secara teratur sejak mengerahkan pasukan di perbatasan musim semi lalu.
Sementara para pejabat AS melanjutkan jika Moskow memilih untuk melakukan serangan skala penuh, pasukan penyerang dapat merebut ibu kota Kyiv dan menggulingkan Zelensky dalam waktu 48 jam.
Mereka memperkirakan serangan semacam itu akan menyebabkan 25.000 hingga 50.000 warga sipil tewas, bersama dengan 5.000 hingga 25.000 tentara Ukraina dan 3.000 hingga 10.000 tentara Rusia.
Itu juga dapat memicu banjir pengungsi satu hingga lima juta orang, terutama ke Polandia, tambah para pejabat.
Biden telah bereaksi terhadap penumpukan itu dengan mengirimkan sekitar 3.000 pasukan AS untuk memperkuat sayap timur NATO. Sekelompok baru tentara AS tiba di Polandia pada Minggu.
Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mengatakan Jerman siap mengirim pasukan tambahan ke Baltik, selain 500 tentara yang sudah ditempatkan di Lithuania di bawah operasi NATO.
Moskow telah mengeluarkan tuntutan kepada NATO untuk menjamin bahwa Ukraina tidak akan memasuki aliansi dan untuk menarik pasukan dari negara-negara anggota di Eropa timur.
Tetapi Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada Fox News Sunday bahwa Biden tidak mengirim pasukan untuk memulai perang atau berperang dengan Rusia di Ukraina.