Saat sakratul maut datang, Rasulullah SAW berada di rumah Aisyah. Aisyah membiarkan Rasulullah bersandar di dadanya. Aisyah menceritakan, “Di antara nikmat Allah padaku adalah, pada saat Rasulullah meninggal, beliau wafat di rumahku, di hari giliranku, dan antara dadaku dan leherku. Bahkan, antara liurku dan liur Rasulullah ketika beliau wafat.”
Pada saat itu, Abdul Rahman bin Abu Bakar masuk membawa siwak. Aisyah menyadari bahwa Rasulullah sangat menyukai siwak tersebut. Ia pun bertanya, “Maukah aku ambilkan siwak untukmu, Rasulullah?”
Rasulullah mengangguk, dan Aisyah mengambilnya. Namun siwak itu keras, sehingga Aisyah berkata, “Biarkan aku melunakkannya,” dan Rasulullah mengangguk. Aisyah melembutkan siwak itu, dan Rasulullah pun bersugi dengan puas.
Dalam riwayat lain, dikisahkan bahwa Rasulullah SAW bersugi sepuas-puasnya saat itu. Ada sebuah bejana di depan beliau, dan Rasulullah mengambil air dari bejana itu, menyapukan ke wajahnya sambil berkata, “Sesungguhnya kematian ini ada sakaratnya.”
Lafaz Terakhir Rasulullah
Tak lama setelah bersugi, Rasulullah SAW mengangkat tangan dan jarinya mengarah ke langit. Aisyah mendengar perkataan terakhir Rasulullah, yang diucapkan dengan lirih: “Bersama mereka yang Engkau karuniai, para nabi, siddiqin, syuhada, dan salihin. Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan tempatkan aku bersama Kekasih yang Tertinggi.” Rasulullah mengulanginya tiga kali, lalu tangannya turun. Pada saat itu, Rasulullah pun kembali kepada Kekasih yang Tertinggi.
“Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)
Rasulullah SAW menghembuskan nafas terakhirnya pada pagi hari, Senin, 12 Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriah, dalam usia 63 tahun lebih 4 hari.
Rasa Pilu Para Sahabat
Kabar meninggalnya Rasulullah SAW menyebar dengan cepat, dan seluruh Madinah diliputi kesedihan mendalam. Anas bin Malik berkata, “Tidak pernah aku melihat hari yang lebih cerah dan bercahaya selain kedatangan Rasulullah ke Madinah. Namun tidak ada hari yang lebih buruk dan muram selain hari beliau meninggal.” (Sirah Nabawiyah/ana – Bersambung)