Sabar, Sebab Mencapai Kedudukan Tertinggi

Selain hal-hal yang disebutkan sebelumnya, Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi. Yaitu kepemimpinan dalam hal agama.

Contoh kisah Bilal bin Rabah radhyaallahu anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam, meskipun harus merasakan siksaan ditindis batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas.

Ketahuilah, sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dan saudara yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan. Itu semua jauh lebih ringan dari pada cobaan yang dialami sahabat Nabi SAW, dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.

Mereka disakiti, diperangi, didustakan. Dituduh yang bukan bukan. Bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta. Bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara. Namun sama sekaki itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Jumat, 22 November 2024: Hal-hal yang Kecil dan yang Besar

Ingat firman Allah, : ” Wahai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar benar taqwa kepadaNya dan jannganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Ali Imran (3) : 102)

Tidak Semua Kesabaran Dianggap Baik dan Mulia

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Al Ghazali menjelaskan, kesabaran memiliki berbagai macam hukum. Tidak semua kesabaran dianggap baik dan mulia.

Ada beberapa bentuk kesabaran yang malah diniliai tidak baik dan kurang tepat. Kesabaran pun sebenarnya harus tahu tempatnya. Supaya tidak terjebak pada kesabaran yang diharamkan.

Al Ghazali mengelompokkan kesabaran dengan beberapa kategori, sesuai dengan hukumnya. Sabar wajib, sunnah, makruh dan haram.

- Iklan -

Sabar dalam.menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang syariat, adalah wajib. Sementara menshan diri dari yang makruh merupakan sabar sunnah.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Minggu, 10 November 2024: Persekutuan dalam Injil

Sedangkan menahan diri dari sesuatu yang dapat membahayakan, mrrupakan terlarang (haram). Seperti menahan diri ketika disakiti.

Misalnya orang yang dipotong telinganya. Atau tangan anaknya, sementara ia hanya berdiam saja. Contoh lainnya, sabar ketika melihat isterinya diganggu orang lain. Sehingga membangkitkan cemburunya. Tetapi ia memilih tidak menampakkan rasa cemburunya. Begitu juga orang yang diam, saat orang lain mengganggu keluarganya. Semua itu, sabar yang diharamkan “.

Keterangan tersebut menunjukkan, sabar ada tempatnya senditi. Justru ketika ia bersabar, malah terjebak dalam kesalahan dan keharaman.

Seperti yang dicontohkan di atas, ketika melihat orang yang tertimpa musibah. Maka sebaiknya, kita langsung menokong orang teraebut. Apalagi bila korbannya berada dalam kondisi darurat.

Begitu pula seorang isteri yang diganggu orang lain. Sabar dalam kondisi ini termasuk sabar yang diharamkan berdasarkan penjelasan Al Ghazali. (Kultum/ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU