“Adik-adik, 30 menit lagi kita akan segera tampil. Tolong dipercepat ya persiapannya!” sahut Mas Indra.
“Nggih, Mas!” ujar anak-anak kompak.
“Baik, kalau begitu Mas ingin koordinasi lagi dengan panitia yang lain dulu ya. Semangat!” balas Mas Indra dengan senyum cerahnya.
Suasana pagi di salah satu ruangan di kantor Bupati Pacitan terlihat sangat sibuk dan ramai. Penata rias masih sibuk merias seorang penari lagi. Sedangkan dua orang penari lainnya masih menunggu antrian untuk ditata busananya.
“Wo! Kenapa dari tadi kamu diam saja? Kamu sakit? Biasanya juga kamu kan pecicilan,” goda Ramadi sambil tertawa mengejek. Sadewo hanya melirik kesal ke arah temannya itu.
“Eh, maaf Wo, aku cuma bercanda. Tapi kamu beneran sakit ya? Mau aku bilangin ke Mas Indra?” tanya Ramadi sedikit panik.
“Tidak perlu, Di. Aku tidak apa-apa, hanya sedikit gugup. Ini pertama kalinya aku akan tampil di acara besar dan disaksikan oleh pejabat-pejabat daerah. Aku takut tidak bisa tampil dengan maksimal,” jelas Sadewo.
“Astaga! Jadi, karena itu? Tenanglah sobat, semuanya akan baik-baik saja. Sekarang coba kamu tarik napas panjang lalu buanglah secara perlahan, seperti ini haaahhh,” ucap Ramadi sambil memeragakan teknik pernapasan agar tubuh menjadi lebih relaks.
Sadewo pun mengikuti saran dari temannya tersebut.
“Bagaimana? Sudah jauh lebih relaks kan?” tanya Ramadi memastikan.
“Iyo, matur suwun yo, Di,” ujar Sadewo. Ramadi membalas dengan senyum dan anggukan kepala.
“Dewo, bisa kita bicara sebentar?” Tiba-tiba Mas Indra datang lagi ke dalam ruangan dengan raut muka yang sedikit cemas.