“Hmm… tapi, aku masih boleh ikut latihan tari Kethek Ogleng di sanggar kan, Bu? Aku janji Bu, aku akan membagi waktu dengan baik antara sekolah, latihan menari dan membantu Ibu berjualan,” mohon Sadewo denga muka yang memelas.
Bu Minten tampak berpikir sejenak.
“Baiklah, tapi tolong fokus belajar dan latihan menarimu saja. Untuk bekerja mencari rezeki, biarlah itu menjadi tugas Ibu,” tegas Bu Minten.
“Nggih, matur suwun yo, Bu!” Sadewo langsung memeluk erat ibunya.
***
“Sadewo! Bu Minten! Keluar kalian!”
Terdengar suara ribut-ribut dari luar rumah Bu Minten.
“Ya Allah, Bapak-bapak, Ibu-ibu, ada apa ini? Ada urusan apa kalian pagi-pagi sudah ke rumah saya?” tanya Bu Minten cemas.
“Bapak-bapak, tolong bantu saya untuk menggeledah rumahnya!” seru Pak Tuo. “Loh, loh, kenapa rumah saya harus digeledah?” Pertanyaan Bu Minten tak dihiraukan oleh warga. Para warga langsung masuk menerobos rumah Bu Minten dan mulai menggeledah barang-barang milik Bu Minten.
“Sadewo! Di mana kau menyembunyikan HP dan laptop keluarga saya?” sergah Pak Tuo.
“HP? Laptop? Maksudnya apa, Pak? Saya tidak menyembunyikan apa-apa,” jawab Sadewo gemetar.
“Halah, kau tidak usah berpura-pura tidak tahu. Cepat kembalikan barang-barang saya yang telah kamu curi atau kamu akan saya laporkan ke polisi!” ancam Pak Tuo.
“Astaghfirullah, Pak. Anak saya tidak mungkin mencuri barang milik orang lain,” bela Bu Minten.
“Coba kau lihat rekaman CCTV ini!” perintah Pak Tuo.