Sakura Science Program FKM Unhas Lakukan Kunjungan ke Hokubu Clean Center Kyoto Jepang

Jepang, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Peserta Sakura Science Program kerjasama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) dengan Research Institute for Humanity and Nature (RIHN) dan Ehime University Jepang.

Hari kedua, 13 September 2019, selain peserta mendapatkan materi di kelas tentang Sanitation Project and Sanitation in the Humanities, dan Fecal Exposure and Roles of the Sanitation, peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke Hokubu Clean Center Kota Kyoto Jepang.

Prof Masayuki Sakakibara bersama tim yaitu: Dr Xiaoxu Kuang (Kyo-san), Dr Win Thiri Kyaw dan Mr Myo Han Htun (Kotoe-San), ikut mendampingi peserta Sakura Science Program.

Tujuan dari kunjungan lapangan ini, menurut Prof Sakakibara adalah agar mahasiswa melihat langsung bagaimana sanitasi dan sampah diolah secara total.

Peserta Sakura Science Program kerjasama FKM Unhas dengan RIHN dan Ehime University Jepang, selain peserta mendapatkan materi di kelas tentang Sanitation Project and Sanitation in the Humanities, dan Fecal Exposure and Roles of the Sanitation, peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke Hokubu Clean Center Kota Kyoto Jepang.

Sampah dikumpulkan, diangkut sampai dengan diproses secara totalitas.

“Mungkin ini bisa didorong di Makassar, tetapi memang tidak mudah selain karena membutuhkan kesadaran tinggi masyarakat untuk memisahkan sampah pada tingkat rumah tangga, juga membutuhkan fasilitas kendaraan yang tidak sedikit termasuk bangunan dan sistem pengolahan sampah dengan teknologi tinggi yang membutuhkan biaya yang sangat mahal,” terang Prof Sakakibara.

Meskipun demikian, menurut Prof Sakakibara, bisa diterapkan di Makassar dan di Indonesia, dalam skala kecil.

Baca Juga:  Profesi Farmasi: Pilar Kesehatan Modern

Peserta Sakura Science memperoleh penjelasan lengkap dari pihak Hokubu Clean Center.

Di Kyoto terdapat tiga tempat clean center dengan kapasitas berbeda untuk meng-cover masalah sampah di wilayah tersebut.

- Iklan -

Tujuan dari Clean Center adalah untuk mewujudkan Kyoto Kota Ramah Lingkungan. Mereka banyak menjelaskan mengenai  instalasi pembakaran 1 tentang perawatan gas buang lengkap yang bertujuan mengurangi beban lingkungan.

Untuk implementasikan mekanisme tersebut diurai 40 aspek yang perlu bekerja secara sistem mulai dari jembatan timbang, anjungan, pintu pembuangan sampah, sampai pada peralatan pengolahan air limbah.

Peserta melakukan kunjungan bagaimana sampah diolah, dipisahkan secara otomatis dampai pada recycling sampah plastik untuk digunakan pada berbagai kebutuhan yang lain.

Ada sekitar 200 mobil sampah yang bekerja hanya Hokubu Clean Center, sampah diambil pada setiap kontainer yang disiapkan sebelum jam 08.00 pagi yaitu sampah sudah harus terkumpul semua.

Sampah sudah terpisah dari rumah tangga sampai pada kontainer dan terus diangkut untuk diolah lebih lanjut.

Pengangkutan sampah didasarkan pada jenis sampah misalnya, sampah botol atau plastik ditentukan harinya misalnya senin sementara jenis sampah lainnya adalah pada hari berbeda.

Baca Juga:  10 Keuntungan Menjadi Ahli Farmasi: Karier, Kontribusi, dan Kepuasan

Sehingga sampah yang sudah dipisahkan di tingkat rumah tangga tidak tercampur lagi pada saat di mobil pengangkutan.

Peserta sangat antusias mengenai kunjungan lapangan ini. Mahasiswa bertanya mengenai penanganan sampah di Jepang.

Tantangan yang dihadapi di Makassar dan Indonesia menurut Prof Sukri Palutturi, SKM, M.Kes., MSc.PH, PhD, Pakar Healthy Cities, yang mendampingi kegiatan ini, adalah tidak atau belum mempunyai mekanisme pengolahan sampah secara total.

Peserta Sakura Science Program kerjasama FKM Unhas dengan RIHN dan Ehime University Jepang, selain peserta mendapatkan materi di kelas tentang Sanitation Project and Sanitation in the Humanities, dan Fecal Exposure and Roles of the Sanitation, peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke Hokubu Clean Center Kota Kyoto Jepang.

Sampah pada tingkat rumah tangga umumnya hanya dibagi dua yaitu sampah rumah tangga misalnya sisa-sisa makanan, ikan, daging atau lainnya dengan sampah kering termasuk kertas, botol atau plastik.

Pada tingkat rumah tangga, sampah masih tercampur.

Bahkan meskipun dipisah berdasarkan jenis sampah, tetapi pada saat diambil oleh pengangkut sampah, sampah pun tetapi dibuang secara bersamaan sehingga tetap bercampur kembali.

“Belum ada mekanisme total berkaitan dengan pengolahan sampah ini,” kata Prof Sukri.

“Sampah berupa botol plastik terdapat lembaga yang mengolah ini dalam bentuk bank sampah, tetapi bagaimana dengan jenis sampah yang lain, yang jumlahnya semakin menggunung dan ini pasti dalam jangka panjang akan sangat mengganggu estetika lingkungan dan memberi dampak terhadap kesehatan,” ungkap Prof Sukri.

Meskipun demikian, menurut Prof Sukri, ke depan berharap tetap ada solusi lebih jauh untuk itu. (FP/Rls)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU