Butir-butir peluh kembali bersembulan di dahi Abraham. Bersamaan dengan pikirannya yang menerawang jauh ke salah satu sudut alun-alun di mana tubuh Cakara tergeletak. Perlahan, sosok Aswini memenuhi benaknya. Saat ia berhasil melumpuhkan harimau betina itu dengan tiga butir pelor yang ia muntahkan dari senapan laras panjang.
Begitu juga dengan Cakara yang berhasil masuk dalam perangkap. Sebuah foto bersama bumiputra yang memanggul Aswini tergantung pada dinding rumahnya. Menjadi bukti kehebatannya sebagai seorang pemburu.
“Kami memanggilnnya Simbah Loreng bukan harimau. Penduduk desa ini menghormatinya. Tiap kali Simbah mendatangi desa, kami menyambutnya dengan sesajen bukan senjata. Simbah adalah penjaga hutan kami.”
Ucapan dukun desa yang pernah mengobati Abraham akibat cakaran Cakara masih terngiang-ngiang di pikirannya. Pandangan Abraham masih tertuju kepada Cakara. Tanpa sadar, air matanya mulai meleleh seiring sesal yang tertahan dalam dada.
Penulis: Dewi Sartika
BACAÂ CERPEN LAINNYA DISINI