Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, sanksi Uni Eropa, justru akan menyebabkan negara–negara anggotanya mengalami kesulitan. Menurutnya, sanksi ekonomi tersebut akan merugikan diri sendiri. Mereka akan perang ekonomi melawan bank, bisnis dan oligarkhi bisnisnya.
Moskow merupakan produsen energi utama yang memasok sepertiga gas Eropa. Seusai AS menutup impor minyak Rusia ke AS, harga minyak menjadi tinggi. Bahkan negara-negara tersebut mengalami inflasi yang sangat tinggi.
Selain itu, dikatakan Putin, Rusia merupakan produsen utama pupuk pertanian. Hal itu pastinya akan berdampak pada pasar pangan dunia. Dia pun berjanji akan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan tenang.
Banyak pengamat menilai, sanksi Uni Eropa dan AS terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, justru akan menjadi boomerang bagi Ekonomi Eropa. Harga gas alam sekrang tiga kali lipat dari harga beberapa minggu yang lalu, sebelum krisis Rusia – Ukraina.
Minyak sekarang menjadi $ 120 per barel. Inflasi dan biaya hidup akan melambung bagi orang biasa. Konsumsi sehari – hari juga akan menjadi jauh lebih mahal. Pabrik – pabrik Eropa akan gulung tikar dengn biaya energi yang semakin merosot, dangan hilangnya ribuan atau bahkan jutaan lapangan pekerjaan.
Sementara itu, Rusia mendapatkan dua atau tiga kali lipat harga untuk minyak dan gas apa pun yang dapat diekspor, yang tidak akan jauh lebih rendah dari pada sekarang. Minyak dan gas tersebut juga tetap akan dijual ke China dan banyak Negara lain.
Rusia akan menjadi lebih mandiri dengan mengimpor lebih sedikit barang – barang dari Eropa. Para pemimpin Eropa, sedang dalam misi bunuh diri yang gila atas perintah Globalis dan Neocons yang tidak terganggu periuknya.
Keruntuhan ekonomi Eropa seperti runtuhnya gunung es yang berdampak pada perekonomian secara global. Apakah kita siap dengan resiko terburuk dari bencana ekonomi global yang akan terjadi hari ini?
Dampak dari Mengabaikan Arab
Dari analisis Pengamat ekonomi, Adi Ketu, ketika Prsiden AS Joe Biden diabaikan Arab dan UEA, pelajaran bagi pemimpin Indonesia. Ulah faksi anti Arab yang dikembangkan Pelosy, Joe Biden dkk, Demokrat AS, saat ini ternyata berbuntut panjang.