Sanksi Barat Terhadap Rusia, Keruntuhan Ekonomi Eropa?

Untuk menggulingkan Trump Repoblik 2019, Pelosy dkk menuduh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab membantu keuangan data pemilu Trump 2016 secara illegal. Setelah berkuasa, Biden, Pelosy dan faksi Anti Arab Saudi terus tumbuh di dalam partai Demokrat. Kelompok ini berusaha memastikan perubahan hampir 180 derajat dalam hubungan AS- Teluk Arab termasud:

  1. Berakhirinya keterlibatan militer AS di Yaman
  2. Pengertian timbal balik kesepakatan Iran, dan komitmen ulang terhadap demokrasi dan hak azasi manusia yang tentu saja, kedua kebijakan ini merupakan kutukan bagi penguasa Arab yang masih trauma dengan protes Arab Spring ( musim semi Arab ).

Saat ini, ketika kebijakan AS Biden mensanksi ekonomi Rusia dengan melarang impor minyak Rusia ke AS, kali ini ketemu batunya. Diketahui Biden berusaha menggantikan kebutuhan migas, AS akibat kebijakannya melarang impor minyak Rusia dengan mengimpor minyak dari Arab dan UEA untuk dalam negeri dan dijual ke Eropa.

Ternyata baik putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman dan UEA Sheikh Mohamed bin Zayed al Nahyan menolak panggilan telepon Biden. ‘’Dah tau maunya. Lagi ga butuh, menjelekkan Arab. Lagi butuh, ngemis – ngemis. Gitulah kira-kira kata Pangeran Mohamman Bin Salman’’. Lalu apa dampaknya ?

Baca Juga:  Pemain Terbaik AFF Futsal 2024, Wendy Brian Ick: Berkat Jasa Ibu

1. Kemungkinan besar ketika AS menjadi kekurangn migas karena 8 persen impor minyak dan produk minyak AS berasal dari Rusia

Secara keseluruhan total impornya setara dengan 245 juta barel pada tahun 2021. Yaitu sekitar 672.000 barel minyak dan produk minyak per hari. Maka Cuma ada dua alternative yang ada untuk menggantikan pasokan.

Alternative pertama, mencari ke Venezuela. Namun di Venezuela inipun AS bermasalah, karena embargo ekonomi jaman Trump. Sanksi AS kepada Venezuela karena alasan HAM. Untuk memastikan rezim Maduro tidak dapat mendapat keuntungan dari tambang emas illegal, minyak yang dioperasikan Negara, atau transaksi bisnis lain.

Walau demikian, bantuan AS ke Venezuela untuk alasan kemanusiaan, sejumlah US$ 600 juta pun tidak diberikan.. Kanada tidak bisa menutup kekurangan impor AS, karena Biden sendiri sudah batalkan proyek pipa minyak Keystone XL.

Alternative kedua, AS akan mengaktifkan kembali fasilitas Shale Oilnya secara mandiri, yang memang ongkos produksinya menjadi lebih murah bila harga minyak diatas US $ 100/barel.

2. Dampaknya untuk mengurangi potensi bleeding keuangan maka kemungkinan besar diplomasi AS akan balik kanan lagi

Dukungan AS ke Ukraina akan terus mengendur karena minyak, walau diplomasi Biden mengungkap sebaliknya. Tolak ukur kegagalan Biden AS disini adalah bahwa berharap bisa menang dengan memukul Rusia, dan bisa jualan lebih banyak LNG ke Eropa. Namun malah terkejut karena ternyata Arab Saudi dan UEA berubah sikap.

Baca Juga:  Pemain Terbaik AFF Futsal 2024, Wendy Brian Ick: Berkat Jasa Ibu

Diplomasi yang dibangun oleh Presiden sebelumnya, memang berantakan karena ulahnya sendiri. Dampak dicuekinnya, harga minyak duna melesat US $ 130/berel. Arab dan UEA untung besar. Dan yang bisa menurunkan harga minyak, Cuma Saudi dan UEA dengan memompa minyak lebih besar dan membanjiri pasar. Tapi mau apa? Itu hanya bisa diperoleh oleh lobby diplomatik. Dan Biden abai akan hal ini.

- Iklan -

Diplomasi politik memang bukan hitam putih. Tetap harus dikaitkan dengan ekonomi.
Kepintaran mencari peluang keuntungan bagi Negara sendiri bagaimanapun adalah yang utama. Itu disesuaikan dengan pembacaan secara jeli dan terus menerus bagaimana dinamika politik dan ekonomi intern dan internasional untuk mengembangkan strategi hadapi dinamika. Dasarnya pun harus selalu Geoekonomi.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU