“Siapa yang ingin tulisannya menjadi buku, lalu bukunya ada di perpustakaan, dan dibaca banyak orang?” Tanya Rusdin Tompo, pada murid-murid SD Inpres Banta-Bantaeng I, Rabu, 20 April 2022.
Kompak anak-anak menjawab, “Sayaaaa.”
Murid-murid kelas 3-5 yang diajak tanya jawab oleh penulis dan editor puluhan buku itu, merupakan peserta Pelatihan Menulis Kreatif.
Jumlah pesertanya lebih 30an anak, usia 9-11 tahun. Mereka terdiri dari anak laki-laki dan perempuan.
Rusdin Tompo melanjutkan, buku yang ditulis anak-anak, bukan saja disimpan di Perpustakaan Ceria, yang merupakan perpustakaan sekolah.
Tapi juga di perpustakaan Kota Makassar, di Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan, bahkan di Perpusnas RI.
Kalau buku dibuat dalam bentuk buku digital (e-book), maka bisa dibaca orang di mana saja.
Begitulah cara penggiat Sekolah Ramah Anak, yang juga merupakan Koordinator Perkumpulan Penulis Satupena Sulawesi Selatan itu, memberi motivasi agar anak-anak mau menulis.
Katanya, buku yang ditulis akan jadi ilmu yang bermanfaat, dan jadi ladang pahala bagi anak-anak sebagai penulisnya.
Sebagai fasilitator, dia juga ditemani oleh Syahril Rani Patakaki, penulis buku Sanja Mangkasara “Attayang Ri Masunggua”.
Syahril yang juga merupakan pelatih teater, mengatakan bangga pada anak-anak yang percaya diri dan mau berbuat suatu kebaikan dalam bentuk tulisan.
“Kalau kita menulis, berarti kita memberi manfaat bagi orang lain,” pesan, saat sesi perkenalan.
Pelatihan ini menggunakan metode bermain dan games-games sederhana, diselingi dengan Lagu 10 Hak Anak dan Tepuk Hak Anak.
Anak-anak diajak bermain Pesan Berantai, yang diakhir sesi dilakukan tanya jawab tentang manfaat dari kegiatan tersebut.
Anak-anak menjawab bahwa mereka mesti jujur, fokus, dan tepat mengingat pesan yang mau disampaikan.
Beberapa anak dengan polos mengaku, sering lupa apa yang disuruhkan ibunya, saat berbelanja di warung.
“Nah, permainan ini memberi pelajaran pada kita bahwa pentingnya mencatat dan menulis suatu pesan,” terang Rusdin Tompo.
Selain itu, mereka juga diajak bermain games kosakata, untuk merangsang mereka berpikir dan menulis tentang kata dasar, sebagaimana diminta.
Dalam waktu 5 menit, ternyata ada yang mampu menulis sebanyak 50an kata dasar. Dari permainan ini, anak-anak diajak rajin membaca supaya punyak banyak perbendaharaan kata.
Ketika praktik menulis dilakukan, anak-anak terlebih dahulu diminta mengingat-ingat, apa saja aktivitas yang biasa dilakukan bersama ayah dan ibunya.
Karena pengalaman bersama orang tua itu yang nanti ditulis menjadi satu cerita.
“Boleh ji kalau menulis tentang nenek, Pak?” tanya seorang anak.
Pertanyaan itu dijawab lugas oleh fasilitator, bahwa boleh menulis tentang orang tua, bisa dengan ayah atau ibu, bisa pula tentang nenek.
Anak-anak terlihat senang, diberi beberapa pilihan untuk menulis. Mereka menulis bukan hanya di dalam kelas tapi juga di panggung dan di teras.
Mereka diberi keleluasaan mencari posisi yang nyaman saat menulis.
Kepala UPT SPF SD Inpres Banta-bantaeng, Hj Baena, S Pd., M Pd., memang mengimpikan anak-anak didiknya punya buku sendiri. Dia meyakini, potensi yang dimiliki sekolahnya ada, tinggal dilakukan pembimbingan.
Pelatihan Menulis Kreatif ini merupakan bagian dari penguatan gerakan literasi sekolah, yang dikerjasamakan dengan para penggiat literasi yang tergabung dalam LISAN.
Sekolah ini sudah merencanakan Program PaCarita, akronim dari Panggung Cerita Ceria Kita. Program ini merupakan perpaduan kegiatan literasi dan seni budaya. (*)