SD Inpres Banta-bantaeng I Gelar Sosialisasi SRA untuk Orangtua dan Guru

Sosialisasi Sekolah Ramah Anak (SRA) itu bertujuan untuk mengubah pola pikir orangtua, penguatan pembelajaran guru, dan demi pengembangan potensi anak sesuai haknya.

Jadi, pioner SRA itu adalah guru dan orangtua. Partisipasi orangtua dan kompetensi guru akan melahirkan anak-anak prestasi.

Demikian dikemukakan Kepala UPT SPF SD Inpres Banta-bantaeng I, Hj Baena, S.Pd, M.Pd, dalam kegiatan Sosialisasi Sekolah Ramah Anak, yang diikuti perwakilan orangtua siswa dan guru-guru.

Kegiatan yang berlangsung pada Jumat, 25 Maret 2022, ini menghadirkan aktivis dan penggiat literasi, Rusdin Tompo.

Baena mengatakan, orangtua yang diundang ikut kegiatan ini terbatas karena masih dalam masa pandemi Covid-19.

Begitu pula saat kegiatan sosialisasi pada anak-anak, sehari sebelumnya, hanya diikuti perwakilan kelas. Namun disampaikan, kegiatan tentang hak anak ini untuk semua anak.

Baena menambahkan, sosialisasi SRA menghadirkan orangtua karena tidak mungkin SRA terwujud tanpa dukungan orangtua.

Katanya, orangtua dan keluarga itu merupakan sekolah yang pertama dan guru yang utama.

“Kami, para guru, hanya membuat program sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, untuk kemajuan anak-anak ibu dan bapak yang dititipkan di sekolah ini,” terangnya.

- Iklan -

Lewat SRA, anak-anak akan diberi ruang untuk berkreasi dan berpartisipasi agar kelak jadi anak-anak yang unggul.

Baca Juga:  UPT SPF SMPN 4 Makassar Gelar Pemilihan Duta Baca Pelajar

Tapi mereka juga mesti bisa mengenal dirinya dan potensinya. Kami di sekolah akan memfasilitasi agar bakat anak-anak tumbuh dan berkembang.

Selanjutnya, dia berharap orangtua rutin mengajak anak-anaknya membaca buku. Anak-anak diperbolehkan meminjam buku di perpustakaan, lalu dibaca bersama orangtua di rumah.

Orangtua kemudian bisa bertanya tentang apa yang dibaca anaknya, biar ada interaksi dan terbangun komunikasi serta kehangatan antara anak dan orangtua.

“Saya menggelontor-kan banyak anggaran dana BOS demi pengembangan perpustakaan, terutama koleksi bahan pustaka-nya. Silakan dimanfaatkan,” ajak nya.

Baena juga meminta orangtua agar menjadi humas sekolah, terutama terkait dengan program dan kemajuan sekolah.

Misalnya, saat anak sedang membaca buku, difoto lalu di-posting di medsos. Postingan kegiatan positif seperti ini ikut mendukung Makassar sebagai Kota Metaverse.

Rusdin Tompo yang lebih dari 20 tahun memberikan materi tentang hak-hak kepada guru dan orangtua, mengaku bahwa pendekatan hak anak akan lebih mudah dipahami jika disertai materi parenting.

Karena sering kali, pemahaman hak anak kurang memadai akibat pola asuh yang keliru.

Berkali-kali, ditekankan bahwa setiap anak punya keunikan tersendiri, sehingga mereka tidak boleh di beda-bedakan atas pertimbangan jenis kelamin, potensi intelektual, dan lain-lain.

Baca Juga:  UPT SPF SMPN 4 Makassar Gelar Pemilihan Duta Baca Pelajar

Dia banyak berbagi tips soal bagaimana mengelola kecerdasan anak, yang tak melulu berhubungan dengan kecerdasan akademik.

“Anak yang pintar itu bukan hanya karena dia jago matematika atau bahasa Inggris. Bisa saja dia pandai dalam bidang seni, olahraga, atau pemanfaatan teknologi.

Jangan heran kalau anak kita bercita-cita jadi Youtuber atau selebgram, karena mereka hidup di era digital,” imbuhnya.

Pada sesi tanya jawab, Dahlia, salah satu orangtua siswa, menyampaikan kekhawatiran pada anak yang terlalu lama bermain HP.

Dijelaskan oleh Rusdin Tompo bahwa dampak gawai itu bisa pada lama penggunaan dan materi apa yang diakses atau konsumsi anak-anak.

Pertanyaan juga berasal dari beberapa guru. Sasriana, S.Pd, Musdhalifa, S.Pd, dan Mardina, S.Pd bertanya terkait rencana launching SRA.

Biar nanti mereka lebih baik dalam mempersiapkan murid-muridnya. Sekaligus mulai menerapkan program PaCarita, yakni inovasi pemanfaatan panggung sekolah untuk kegiatan pentas seni dan literasi.

Di akhir materinya, Rusdin Tompo menyampaikan bahwa program yang dilakukan akan menggunakan pendekatan pemberdayaan.

Sehingga guru-guru bisa terus melanjutkan program-program tersebut. Itu karena inovasi juga mengisyaratkan jaminan keberlanjutan program. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU