Tantangan agar semua sekolah punya program inovasi, dijawab oleh SD Inpres Panaikang II/1 Makassar.
Sekolah yang berada di Kelurahan Pampang, Kecamatan Panakkukang itu bakal punya program GAMMARA, yakni akronim dari Gerakan Menulis Membaca Bersama Anak.
Penyamaan persepsi tentang program baru tersebut dilakukan pada Senin, 28 Maret 2022, dihadiri Kepala UPT SPF SD Inpres Panaikang II/1, Bakhtiar, S.Pd, M.Pd, para guru, dan penggiat literasi Rusdin Tompo.
Program itu sekaligus menindaklanjuti kegiatan Pengembangan Kompetensi Kepala Sekolah Inovatif SD, yang diadakan selama dua hari, 23-24 Maret 2022 lalu.
“Sekolah kita beruntung, termasuk yang diundang dalam kegiatan itu. Sehingga jadi motivasi bagi kita untuk melakukan inovasi,” papar Bakhtiar.
GAMMARA dalam bahasa Makassar, berarti bagus atau keren. Diharapkan, lewat program ini akan mendatangkan kebaikan dan memberi citra yang bagus dan positif bagi sekolah.
Program GAMMARA merupakan upaya inovasi SD Inpres Panaikang II/1 untuk menerjemahkan 18 Revolusi Pendidikan Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto.
Program ini sekaligus memperkuat gerakan literasi sekolah dan menjadikan sekolah sebagai episentrum gerakan literasi.
Di hadapan para gurunya, Bakhtiar menekankan pentingnya setiap guru melakukan inovasi dalam pembelajaran, termasuk menggunakan perangkat IT.
Katanya, sudah jadi tuntutan kebutuhan guru memahami dan memanfaatkan teknologi. Apalagi setelah dicanangkan-nya Makassar sebagai kota metaverse.
Rusdin Tompo yang diundang berbagi pengalaman seputar program inovasi, mengemukakan bahwa inovasi itu bertalian dengan kebaruan dan keunikan suatu program.
Inovasi butuh partisipasi, kolaborasi dan sinergitas antar pemangku kepentingan. Inovasi mesti bisa memberi bukti kebermanfaatan dan adanya perubahan. Tapi juga harus ada jaminan keberlanjutan program.
Disampaikan, program GAMMARA itu pada intinya meramu aktivitas membaca dan menulis, yang memang saling terkait.
Namun, untuk menumbuhkan minat baca dan menulis di kalangan anak-anak, termasuk bahasa ibu dan aksara Lontaraq, mesti dilakukan melalui sebuah gerakan, yakni gerakan literasi.
“Gerakan literasi itu mesti dilakukan bersama, secara kolaboratif dan bersinergi antar-stakeholder,” paparnya.
Tiap pemangku kepentingan, katanya, perlu memainkan perannya, sebagai fasilitator maupun motivator, dengan memberikan contoh konkret.
Sebab pembudayaan kegemaran membaca hanya bisa tumbuh bila ada keteladanan, pembimbingan, dan gerakan bersama yang dilakukan dari rumah, di sekolah, dan melibatkan masyarakat.
Sekolah juga mesti bisa menghadirkan perpustakaan yang nyaman, dengan koleksi bahan bacaan yang beragam dan menarik.
Apalagi kini perpustakaan sudah berbasis inklusi sosial. Begitu pun jejaring dengan masyarakat mesti dibangun, baik perseorangan maupun komunitas.
Ada beberapa tujuan program GAMMARA ini, antara lain menumbuhkan budaya kegemaran membaca dan tradisi menulis sebagai bagian dari pendidikan karakter.
Selain itu, juga mengaktualisasikan bahasa ibu dan aksara Lontaraq di kalangan anak sekolah, mendorong partisipasi orangtua dalam kegiatan sekolah, mendorong semangat kerelawanan masyarakat guna mengambil peran dalam pemajuan pendidikan serta mengembangkan jejaring dengan pemangku kepentingan.
Setiap kegiatan yang dilakukan SD Inpres Panaikang II/1 akan dipublikasikan melalui media massa dan platform digital untuk mewujudkan Makassar sebagai kota metaverse.
Terpenting juga bahwa semua proses kegiatan, termasuk karya tulisan akan didokumentasikan sebagai hasil best practice dalam bentuk buku.
“Pelakasana program ini terdiri dari guru dan murid, orangtua dan anak, atau relawan literasi dan murid. Itulah keunikan GAMMARA,” pungkas Rusdin Tompo. (*)