Sejarah Idul Adha dan Qurban, Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail

Meski diperingati setiap tahun, namun masih banyak umat Islam yang belum mengetahui sejarah Idul Adha dan asal muasal Qurban dalam Islam. Apakah detik sudah tahu?

Idul Adha adalah hari raya umat Islam yang dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Saat Idul Adha, umat Islam diwajibkan menyembelih hewan kurban bagi yang mampu.

Ternyata selain kisah pembunuhan ayahnya, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, ada kisah menarik lainnya yang perlu diketahui umat Islam tentang korban ini. Sejarah dan Asal Mula Pengorbanan Pertama di Bumi

Perintah menunaikan ibadah Qurban tidak lepas dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Namun, tahukah Anda bahwa kisah pembuatan Qurban pada dasarnya berawal dari kisah Qabil dan Habil, putra Nabi Adam AS?

Mengutip majalah UIN Banten berjudul “Tentang Qurban (Sejarah dan Kajian Hikmah)”, sejarah Qurban berawal dari generasi pertama umat manusia, yakni Qabil dan Habil. Putra-putra Nabi Adam melakukan kurban pertama dengan memutuskan siapa yang berhak menikahi adiknya Iqlima.

Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, Nabi Adam AS. meminta kedua putranya menyembelih hewan kurban. Syaratnya, orang yang lamarannya diterima oleh Allah SWT berhak melakukan iqlima.

Abel sang gembala mengorbankan seekor kambing gemuk. Qabil, seorang petani, mengorbankan segenggam hasil panen terburuknya.

Dua persembahan kemudian ditempatkan di gundukan itu. Keduanya bersama nabi Adam menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi pada kedua korban.

Ternyata binatang qurban milik Habil itu musnah termakan api. Sedangkan gandum Qabil tidak tersentuh sedikitpun oleh api dan tetap utuh.

- Iklan -

Kisah pengorbanan kedua anak Adam ini tertuang dalam Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 27:

۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya:

“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa’.”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Qurban milik Habil yang berupa domba yang gemuklah yang diterima oleh Allah SWT karena bentuk ketakwaannya. Sementara Qabil, karena ketidakikhlasannya, sehingga qurbannya tidak diterima oleh Allah SWT.

Itulah sejarah dan asal-usul pertama kali Qurban itu dilakukan di muka bumi ini. Yakni qurban yang dilakukan oleh Habil dan Qabil, putra-putra Nabi Adam AS.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Kamis, 21 November 2024: Sudah Selesai

Sejarah Idul Adha dan Disyariatkannya Berkurban
Meskipun kegiatan berkurban pertama kali dilakukan sejak masa Nabi Adam AS, namun syariat untuk berkurban ini baru muncul pada masa Nabi Ibrahim AS.

Menukil buku “Di Balik 7 Hari Besar Islam” karya Muhammad Sholikhin, para ulama tafsir menyebutkan bahwa ibadah qurban yang dilakukan oleh putra Nabi Adam bukanlah merupakan syariat, melainkan terkait dengan alasan lain dalam diri Habil dan Qabil.

Sehingga para ulama berpendapat bahwa syariat berkurban itu muncul pada masa Nabi Ibrahim AS.

Ibadah qurban dengan bentuk penyembelihan hewan ternak domba, kambing, sapi, kerbau dan unta merujuk pada peristiwa sejarah Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail AS.

Dikisahkan Nabi Ibrahim as. diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya melalui mimpi. Dan saat mendapat perintah itu, Ibrahim pun begitu terpukul hingga dirinya roboh dan tak berkutik.

Dengan hati-hati, diceritakannya mimpi tersebut kepada anaknya, Ismail AS.

Namun Ismail menanggapinya dengan berjiwa besar. Ia tidak merasa keberatan sedikitpun bahkan mendorong ayahnya agar tidak ragu-ragu melaksanakan perintah Tuhan Semesta Alam.

Melihat ketegaran putranya, Ibrahim AS pun teguh dengan mimpinya. Hatinya pun tenang dalam kepasrahan kepada Allah SWT.

Ayah dan anak inipun bersiap untuk menjalankan perintah Tuhannya.

Ismail siap disembelih.

Ibrahim membaringkannya, kemudian mengambil pisau yang sudah diasah terlebih dahulu. Sejurus, diayunkannya pisau tajam tersebut ke arah Ismail.

Namun, seketika itulah Allah SWT memanggil Ibrahim. Karena kepasrahannya, Allah pun menerima pengorbanan Ibrahim. Allah pun memerintahkkan agar mengurungkan penyembelihan Ismail.

Sebagai gantinya, di situ sudah tersedia seekor hewan sembelihan (udl-hiyyah) yang besar, sehat dan gemuk.

Kisah pengurbanan Nabi Ibrahim dan Ismail ini tertuang dalam Al-Qur’an surah Ash-Shaffat ayat 102-107:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ (102) فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ (103) وَنَادَيۡنٰهُ اَنۡ يّٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۙ (104) قَدۡ صَدَّقۡتَ الرُّءۡيَا ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ‏ (105) اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الۡبَلٰٓؤُا الۡمُبِيۡنُ‏ (106) وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ‏ (107)

Artinya: Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar (102). Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah) (103). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!” (104). Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.”1 Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107).

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Rabu, 11 Desember 2024: Individualitas dan Hidup Rohani

Perintah untuk Berkurban dalam Islam

Sementara terkait disyariatkannya ibadah kurban pertama kali, menurut Prof Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu Juz 4, yakni pada tahun ketiga Hijrah bersamaan dengan zakat dan salat hari raya.

Perintah kurban tersebut temaktub dalam Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma para ulama. Allah SWT berfirman dalam surah Al Kautsar ayat 2:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Artinya: “Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS Al Kautsar: 2).

Selain itu, firman yang menjelaskan perintah kurban juga terdapat dalam surah Al Hajj ayat 36, yang artinya:

“Unta-unta itu Kami jadikan untukmu sebagai bagian dari syiar agama Allah.”

Adapun hadits yang menjelaskan ibadah qurban salah satunya dalam riwayat yang berasal dari Aisyah RA. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada satu amal pun yang dilakukan anak cucu Adam pada hari raya kurban yang lebih dicintai Allah SWT dibandingkan amalan menumpahkan darah (hewan). Sesungguhnya ia (hewan-hewan yang dikurbankan itu) pada hari kiamat kelak akan datang dengan diiringi tanduk, kuku, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darah yang ditumpahkan (dari hewan itu) telah diletakkan Allah SWT di tempat khusus sebelum ia jatuh ke permukaan tanah. Oleh karena itu, doronglah diri kalian untuk suka berkurban.” (HR al Hakim, Ibnu Majah, dan at Tirmidzi yang mengatakan kualitas hadits ini hasan gharib).

Makna Idul Adha Sebagai Hari Raya Qurban
Melansir laman Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng, penyebutan Hari Raya Idul Adha disebut Hari Raya Qurban lantaran Hari Raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan qurban.

Idul Adha sendiri berasal dari bahasa Arab yakni idul dan adha. Idul atau id diambil dari kata “ada yaudu” yang artinya kembali. Sedangkan, adha merupakan jamak dari adhat yang berasal dari kata udhiyah, maknanya kurban.

Jadi, Idul Adha dapat diartikan sebagai kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.

Nah, itulah ulasan sejarah Idul Adha dan Qurban serta alasan Idul Adha kerap disebut Hari Raya Qurban. Semoga bermanfaat ya detikers!

Baca artikel detiksulsel, “Sejarah Idul Adha dan Asal Usul Ibadah Qurban, Muslim Wajib Tahu!” selengkapnya https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6771077/sejarah-idul-adha-dan-asal-usul-ibadah-qurban-muslim-wajib-tahu.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU