Sejarah Kekaisaran Rusia, Kekuasaan, Sistem Pemerintahan dan Keruntuhan

Kekaisaran Rusia pernah berdiri antara 1721-1917 dengan wilayah mencakup Eropa, Asia, hingga Amerika Utara.

Sejarah Kekaisaran Rusia dan keruntuhan Kekaisaran Rusia. Selama berabad-abad, Rusia berada di bawah kekuasaan tsar sebelum akhirnya menjadi Uni Soviet. Kaisar waktu itu memerintah dengan bantuan kasta birokrasi.

Tsar merupakan gelar penguasa monarki. Kata ‘tsar’ sendiri diketahui berasal dari gelar kaisar-kaisar Romawi, Caesar. Tsar pertama Rusia bernama Ivan IV Vasilyevich (1533-1584).

Kekaisaran Rusia pernah berdiri antara 1721-1917 dengan wilayah mencakup Eropa, Asia, hingga Amerika Utara. Dengan wilayah membentang di tiga benua, kekaisaran ini termasuk salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah dunia.

Pada masanya, penduduknya mencapai 176,4 juta jiwa, terbesar ketiga di dunia setelah Dinasti Qing di Tiongkok dan Imperium Britania.

Selama hampir dua abad berdiri, Kekaisaran Rusia diperintah oleh suksesi Ketsaran Rusia yang bergelar kaisar. Penggulingan Kaisar Nicholas II pada 15 Maret 1917 menandai berakhirnya kekaisaran dan Dinasti Romanov yang berkuasa.

Kekaisaran ini menjadi salah satu kerajaan terakhir di Eropa yang meninggalkan sistem monarki absolut.

Sejarah Kekaisaran Rusia

Kekaisaran Rusia didirikan oleh Pyotr I atau Peter yang Agung setelah Perjanjian Nystad (1721) dengan lawannya, Swedia.  Perjanjian tersebut membawa keuntungan teritorial bagi Pyotr I dan diikuti dengan kemenangan militer lainnya.

Sebagai keturunan Dinasti Romanov yang berkuasa di Rusia sejak awal 1600-an, Pyotr I bertekad untuk mengubah kerajaan Rusia yang dulu terisolasi menjadi negara modern yang besar.

Pyotr I kemudian memperkenalkan sistem otokrasi yang dianut oleh negara-negara Eropa pada umumnya ke negaranya.

- Iklan -
Baca Juga:  Pers Pengawas Kekuasaan dan Penjaga Harapan

Sejak saat itu, Rusia mengalami perkembangan pesat hampir di segala sektor, karena pengembangan di bidang industri dan perdagangan.

Perkembangan Kekaisaran Rusia

Setelah kematian Pyotr I pada 1725, penguasa yang terhitung sangat berpengaruh adalah Maharani Yekaterina II, yang berkuasa antara 1762-1796. Pemerintahan Yekaterina II ditandai dengan keberhasilannya mereformasi internal kerajaan dan mengembangkan negaranya.

Melalui ekspansi teritorial dan diplomasi yang terampil, Yekaterina II mampu memperkuat posisi Rusia sebagai kekuatan yang penting pada abad ke-18 dan ke-19.

Kebangkitan Kekaisaran Rusia bertepatan dengan runtuhnya kekuatan para pesaingnya, seperti Kekaisaran Swedia, Persemakmuran Polandia-Lithuania, Persia, Kekaisaran Ottoman, dan Cina Manchu.

Kekaisaran Rusia juga memainkan peran penting pada 1812–1814 dalam mengalahkan ambisi Napoleon Bonaparte untuk mengendalikan Eropa.

Penerus Pyotr I dan Yeakterina II berhasil membawa Kekaisaran Rusia berkembang ke barat dan selatan hingga menjadi salah satu kerajaan Eropa terkuat sepanjang masa yang memiliki pertahanan militer serta angkatan laut yang memadai.

Sistem pemerintahan

Kekaisaran Rusia merupakan sebuah monarki absolut, di mana para kaisarnya terus mempraktikkan sistem pemerintahan otokratis.

Setelah naik takhta, Pyotr I mengubah gelarnya dari tsar menjadi imperator (kaisar). Kendati demikian, penguasa Rusia tetap disebut tsar oleh pihak non-Rusia sampai runtuhnya kekaisaran pada 1917.

Pada masa pemerintahan Pyotr I, Rusia dibagi menjadi delapan gubernia (provinsi administratif), yaitu Moskow, Ingria, Kiev, Smolensk, Arkhangel’sk, Kazan’, Azov, dan Siberia.

Baca Juga:  Sejarah, Ciri-ciri, Fungsi dan Keunikan Rumah Bolon, Rumah Adat Provinsi Sumatera Utara

Setiap gubernia diperintah oleh gubernur, yang memimpin delapan hingga 12 dewan. Wilayah gubernia akan dibagi lagi menjadi beberapa dolia (bagian), dan di setiap dolia terdapat kepala yang bertugas mengumpulkan pajak.

Pajak ini digunakan untuk mendanai pasukan militer dan angkatan laut ketika Kekaisaran Rusia berperang.

Selain itu, Pyotr I juga membentuk 12 dewan yang terdiri dari tiga dewan untuk mengawasi urusan negara, tiga dewan untuk mengawasi keuangan, tiga dewan untuk mengawasi industri dan perdagangan, sementara tiga lainnya untuk menangani masalah peradilan, tanah, dan kotamadya kekaisaran.

Ketika Yekaterina II berkuasa, sebagian besar dari 12 dewan yang dibentuk Pyotr I dihapus. Selain itu, ia juga menambah jumlah gubernia dari delapan menjadi 50.

Keruntuhan Kekaisaran Rusia

Penguasa terakhir dari Dinasti Romanov, Nicholas II (1868-1918), naik takhta pada 1894. Ketika berkuasa, ia menolak seruan publik untuk membentuk pemerintahan konstitusional dan malah melanjutkan revolusi industri.

Hal inilah yang memicu serangkaian gerakan reformasi dari kaum intelektual dan para petani. Setelah Rusia kalah dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905), Nicholas II berupaya untuk melakukan reformasi, tetapi sudah terlambat.

Ketegangan yang terjadi di Kekaisaran Rusia berakhir ketika Nicholas II mengundurkan diri pada 1917. Pada akhirnya, Partai Komunis Bolshevik menang dan mendirikan Uni Soviet.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU