Sejarah, Peraturan Unik dan Wisata Keraton Yogyakarta

Yogyakarta, FAJARPENDIDIKAN.co.id –  Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti berencana mengunjungi Keraton Yogyakarta hari ini, Kamis (11/3/2020). 

Khusus untuk Keraton Yogyakarta, tempat tersebut sudah melekat dengan citra wisata di Yogyakarta. Boleh dibilang, kurang lengkap berkunjung ke kota gudeg ini jika belum ke Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta adalah sebuah kompleks besar yang dirancang dengan teliti sebagai cerminan kosmologi Jawa. Keraton dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I secara bertahap, kemudian selesai pada tahun 1790. 

Keraton dibangun menghadap langsung ke arah utara–Gunung Merapi. Sementara di bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Lalu, paviliun kompleks Keraton Yogyakarta dibangun menurut kepercayaan kuno dan masing-masing fitur kompleks seperti halaman hingga pohon memiliki arti simbolis khusus berkaitan dengan filsafat Jawa yang luhur.

Baca Juga:  4 Destinasi Wisata Unggulan Sulawesi Utara, Alam hingga Kuliner!

Peraturan unik  Keraton Yogyakarta memiliki sejumlah peraturan unik yang harus ditaati para wisatawan. Setidaknya ada tujuh peraturan yang harus diikuti.

  1. Berfoto membelakangi keraton dianggap tidak sopan. Hal ini tak lepas dari keraton yang dianggap sebagai simbol raja.
  2. Tidak boleh berfoto membelakangi abdi dalem.
  3. Wisatawan tidak bisa duduk di sembarang tempat.
  4. Kamu tidak bisa menyentuh koleksi museum atau alat lain di keraton tanpa izin.
  5. Wisatawan tidak diperkenankan membawa kereta bayi, koper atau sesuatu yang beroda.
  6. Kamu harus izin jika membawa kamera, termasuk ponsel. Kereta kencana Masyarakat umum dapat menaiki replika Kereta Kencana Keraton Yogyakarta untuk berkeliling daerah Malioboro dan Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta menyimpan 23 kereta kencana milik Kesultanan Yogyakarta.  Lokasi kereta kencana itu ada di museum Kareta Keraton Ngayogyakarta.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Puluhan kerata kuda yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta tersebut memiliki beragam kegunaan dan memiliki nama yang berbeda-beda pula. Uniknya, beberapa kereta yang ada di museum ini masih digunakan dalam upacara-upacara kebesaran keraton.

Beberapa acara tersebut seperti upacara penobatan Sultan, pernikahan putra Sultan, atau mengantar jenazah sultan ke tempat peristirahatan terakhir. Beberapa koleksi museum yang cukup menarik di antaranya adalah Kareta Kanjeng Nyai Jimad.

Kereta kuda tersebut merupakan pusaka Keraton, buatan Belanda pada tahun 1750. Kereta ini adalah hadiah dari Raja Spanyol yang saat itu sudah memiliki hubungan dagang dengan pihak Kesultanan Yogyakarta.

- Iklan -

Sumber ; Kompas.com 
Editor : Wilda Izzatul Yazida

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU