Sejarah Tari Wayang Wong (Jawa Tengah dan Yogyakarta)

Artikel ini akan membahas mengenai Sejarah Tari Wayang Wong , Makna Tari Wayang Wong, gerakan, properti dan Pakaian yang dikenakan oleh para penarinya.

Tari Wayang Wong adalah tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tarian ini merupakan bentuk dramatari yang menampilkan kisah-kisah dari epos Ramayana dan Mahabharata, serta sering dianggap sebagai salah satu perwujudan seni klasik Jawa. Nama “Wayang Wong” berasal dari kata “wayang” yang berarti bayangan atau pertunjukan wayang, dan “wong” yang berarti manusia. Jadi, Tari Wayang Wong adalah bentuk seni pertunjukan di mana cerita-cerita wayang dimainkan oleh manusia, bukan boneka.

1. Sejarah Tari Wayang Wong

Tari Wayang Wong pertama kali dikembangkan di lingkungan istana Keraton Mataram pada abad ke-18. Pada masa itu, seni tari dan pertunjukan wayang menjadi bagian penting dari kehidupan istana sebagai sarana hiburan dan juga media pendidikan moral. Tari ini juga dipandang sebagai simbol kebesaran kerajaan dan sering dipertunjukkan pada acara-acara resmi kerajaan.

- Iklan -

Di luar keraton, Tari Wayang Wong juga berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sering dimainkan dalam berbagai perayaan adat. Karena itu, meski awalnya bersifat eksklusif untuk kalangan istana, tarian ini kemudian diterima luas oleh masyarakat umum dan menjadi bagian penting dari warisan seni budaya Jawa.

2. Makna Tari Wayang Wong

Tari Wayang Wong menyampaikan nilai-nilai moral dan filosofi hidup melalui kisah-kisah epik Ramayana dan Mahabharata. Cerita yang dipentaskan sering kali mengajarkan tentang perjuangan antara kebaikan dan kejahatan, kesetiaan, keberanian, serta cinta dan pengorbanan. Dalam tarian ini, tokoh-tokoh seperti Rama, Sinta, Hanoman, Pandawa, dan Kurawa dipentaskan dengan gerakan tari yang penuh simbolisme.

Tarian ini juga menggambarkan harmoni dalam kehidupan dan alam semesta, di mana setiap gerakan, kostum, dan dialog memiliki makna mendalam terkait keseimbangan antara manusia dan alam, serta antara dunia fisik dan spiritual.

- Iklan -
Baca Juga:  Seni Musik : Pengertian, Fungsi, dan Unsur-Unsurnya

3. Gerakan Tari Wayang Wong

Gerakan Tari Wayang Wong sangat kaya dan penuh simbolisme. Setiap gerakan dalam tarian ini mencerminkan karakter dari tokoh yang diperankan, baik tokoh ksatria, raksasa, maupun dewa. Gerakan dalam tari ini dibagi ke dalam beberapa kategori utama, antara lain:

  • Gerakan Ksatria (Alus): Gerakan ini diperagakan oleh tokoh-tokoh protagonis seperti Rama atau Arjuna. Gerakan ksatria bersifat halus, elegan, penuh dengan ketenangan, dan menunjukkan sifat-sifat kepemimpinan yang luhur.
  • Gerakan Raksasa (Gagah): Gerakan ini diperagakan oleh tokoh antagonis seperti Rahwana atau Kurawa. Gerakan raksasa cenderung tegas, kuat, dan gagah, menggambarkan kekuatan dan kemarahan.
  • Gerakan Kera: Karakter kera seperti Hanoman memiliki gerakan yang lincah dan energik. Mereka sering kali berlari, melompat, atau melakukan gerakan akrobatik untuk menunjukkan sifat mereka yang penuh semangat dan setia.
  • Gerakan Perempuan (Sinta dan Dewi): Gerakan perempuan dalam Wayang Wong sangat halus dan lemah lembut, melambangkan kesopanan, ketenangan, dan keindahan.

Setiap gerakan tangan, kaki, dan tubuh dalam Tari Wayang Wong memiliki makna simbolis, sehingga tarian ini bukan hanya soal keindahan gerakan, tetapi juga penyampaian nilai-nilai mendalam.

4. Properti dalam Tari Wayang Wong

Beberapa properti penting yang digunakan dalam Tari Wayang Wong mencakup:

- Iklan -
  • Keris: Tokoh ksatria sering kali membawa keris sebagai simbol keberanian dan kekuatan.
  • Busur dan Panah: Ini adalah properti utama untuk tokoh Rama atau Arjuna, yang terkenal dengan keahliannya dalam memanah.
  • Tombak atau Gada: Tokoh raksasa atau prajurit biasanya membawa tombak atau gada sebagai senjata perang.
  • Topeng: Kadang-kadang, penari yang memainkan karakter raksasa atau kera menggunakan topeng untuk mempertegas karakter mereka.

Properti-properti ini digunakan untuk menambah daya dramatik dalam penampilan Wayang Wong serta memperkuat karakter tokoh yang dimainkan.

5. Busana Tari Wayang Wong

Busana dalam Tari Wayang Wong sangat mewah dan penuh detail, mencerminkan status para tokoh dalam cerita. Beberapa elemen utama busana ini antara lain:

  • Kostum Ksatria: Ksatria seperti Rama, Arjuna, atau Yudhistira mengenakan pakaian yang dihiasi ornamen emas dan perak, dilengkapi dengan ikat kepala atau mahkota, kain batik, serta aksesoris seperti kalung dan gelang.
  • Kostum Raksasa: Tokoh raksasa mengenakan kostum yang lebih besar dan tegas, biasanya didominasi warna-warna gelap seperti merah, hitam, atau biru. Kostum ini juga sering dihiasi dengan ornamen besar dan senjata.
  • Kostum Kera: Tokoh kera seperti Hanoman memakai busana yang ringan dan sederhana, dilengkapi dengan ekor dan kadang-kadang topeng kera.
  • Kostum Wanita: Tokoh wanita seperti Sinta atau Dewi Srikandi mengenakan kebaya atau pakaian tradisional Jawa dengan selendang, serta aksesoris rambut seperti sanggul atau hiasan bunga.
Baca Juga:  Simak!! 10 Tarian Tradisional yang Berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara

Busana dalam Tari Wayang Wong merupakan salah satu aspek yang membuat tarian ini terlihat sangat megah dan artistik.

6. Musik Pengiring Tari Wayang Wong

Tari Wayang Wong diiringi oleh gamelan Jawa, yang terdiri dari alat-alat musik seperti:

  • Saron dan Bonang: Alat ini memainkan melodi utama dalam musik pengiring.
  • Kendang: Kendang mengatur ritme dan tempo tarian, terutama ketika ada perubahan gerakan atau peralihan adegan.
  • Gong: Gong menandai akhir atau awal adegan dalam cerita.
  • Gender: Instrumen ini menambahkan lapisan melodi yang kompleks pada gamelan.

Musik gamelan dalam Tari Wayang Wong sangat mendukung atmosfer dramatik, sekaligus membantu penari dalam mengatur ritme dan alur gerakan.

7. Pementasan Tari Wayang Wong

Pertunjukan Tari Wayang Wong umumnya dilakukan di panggung terbuka atau di tempat khusus seperti Pendopo. Penampilan biasanya berlangsung selama beberapa jam, dengan beberapa babak yang menceritakan bagian-bagian penting dari epos yang dimainkan. Dalam beberapa kesempatan, tarian ini dipentaskan di keraton atau pada acara-acara adat penting, seperti upacara Grebeg di Yogyakarta dan Surakarta.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU