Sejarah Wedang Uwuh, Minuman Khas yang Masuk Daftar Warisan Budaya Tak Benda

Wedang Uwuh mengikuti jejak gamelan masuk daftar Warisan Budaya Takbenda. Wedang Uwuh kini terdaftar sebagai warisan budaya takbenda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

Para wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pasti membeli gudeg dan bakpia sebagai oleh-oleh. Namun kini ada oleh-oleh lain yaitu, minuman Wedang Uwuh, berupa kulit pohon secang, kayumanis, jahe dan sebagainya.

Sejarah Wedang Uwuh

Kota Yogyakarta di dalam sejarah dikenal sebagai pusat kerajaan Mataram. Asal mula wedang uwuh berasal dari kisah Sultan Agung, salah seorang Raja Mataram yang bersemedi untuk mendapat penerangan dalam memilih lokasi yang akan digunakan untuk makam raja-raja Mataram.

Baca Juga:  Rekomendasi Destinasi dan Tips Wisata 1 Hari di Yogyakarta

Daerah Bukit Merak Imogiri, kini menjadi makam raja-raja Mataram yang terletak di Bantul, 16 kilometer sebelah selatan Kraton Yogyakarta.

Ceritanya, pada malam ia bersemedi, sang raja meminta kepada seorang pengawalnya untuk membuatkan minuman guna menghangatkan tubuh. Pengawal itu kemudian membuatkan wedang dari kulit pohon secang.

Sejak itulah minuman penghangat tubuh itu berkembang, terutama di daerah Imogiri, tempat asal mulanya minuman itu dibuat. Seorang warga yang juga pemilik usaha wedang uwuh,

Baca Juga:  Sejarah Hari Pahlawan, Mengenang Peristiwa 10 November 1945

“Uwuh itu berarti sampah, kenapa namanya wedang uwuh? Karena bahan-bahan yang digunakan berupa dedaunan mirip sampah. Racikan wedang uwuh terdiri dari daun cengkeh, kayu manis, daun pala, jahe, yang kita pakai jahe emprit, juga kayu secang.

Citra rasa minuman ini pedas dari jahe dan rasa segar dari daun-daunan yang diseduh dengn air panas,” kata Edy Santoso kepada VOA.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU