Aku hanya mengangguk lalu berjalan menuju bangku kosong yang terletak di belakang, setelah aku duduk Guru itu kembali menulis di papan tulis yang mungkin tadi sempat tertunda karenaku. Beberapa menit kemudian bel istirahat berbunyi membuat Guru itu pamit keluar, setelah kepergian sang Guru semua murid pada berhamburan keluar tapi tidak dengan ku dan seseorang di depanku.
“Hai!” Aku mendongak menatap Gadis di depan ku, aku tersenyum. “Hai,” balasku.
“Gue Hani, emm btw kenapa lo sekolah di sini? Padahal kan banyak sekolah lain yang bagus,” tanya Hani. Sejujurnya aku sedikit tersinggung, tapi aku tau maksud pertanyaannya, “Mau aja,” jawabku sekenanya.
“Sekolah ini angker, lo nggak takut?” Tanyanya lagi. Aku menggeleng pelan, tersenyum kecil, “Bukannya itu cuman rumor?” Tanyaku balik, ya walau sekolah ini seperti tidak ada yang beres karena memiliki aura yang menakutkan, tapi aku masih sedikit tak percaya.
Hani menggeleng membuatku mengeryit. “Enggak Nes, rumor itu bener dan lo tau?
Walaupun orang itu bukan indigo dia bisa melihat hantu walau hanya sekilas. Contohnya Pak Hio, dia Satpam di sini beliau pernah ngeliat penampakan di sekolah ini tapi karena kecelakaan yang kurang jelas Pak Hio meninggal,” Hani terdiam sejenak lalu berujar kembali, “dan karena hal itu pula sekolah ini sampai sekarang tidak mempunyai Satpam karena tragedi itu,” lanjutnya.
Aku terdiam mendengar penjelasan Hani, rasanya tubuhku menjadi kaku bahkan jantungku berdetak lebih cepat. Jika sekolah ini tak mempunyai Satpam lantas siapa orang yang berbicara padaku tadi pagi?
Tubuhku menegang, nafasku mulai tak beraturan, tatapanku terpaku pada sebuah tangan putih pucat yang muncul di belakang Hani. Lalu aku mengeryit ketika tangan itu tiba-tiba menghilang. Namun, tak lama tubuhku kembali menegang ketika pundakku terasa dipegang dari belakang.
“Kau bisa melihatku itu artinya hidup mu sudah tak lama lagi…”
Deg.
TAMAT
Penulis: Dina Daniati