Sekolah? Buat Apa?

Emak duduk di sebelah Dadan. “Ini huruf apa?” tanya emak. Menunjuk huruf ‘B’ yang tertera di kertas tagihan listrik.

“Bentuknya seperti juragan kebun teh. Kepala dan perutnya sejajar,” jawab Dadan memperhatikan huruf ‘B’ yang masih emak tunjuk.

Emak tersenyum gemas. “B,” kata emak memberi tahu saat Dadan menjawabnya dengan asal.

“Nah Emak tau, ngapain nanya ke Dadan?!” ujar Dadan lantang sambil menyengir.

“Dadan, apapun jenisnya, pendidikan itu penting. Belajar itu penting, tanpa pendidikan kamu nggak akan bisa memikirkan kemajuanmu di masa depan. Tanpa pendidikan, hidupmu akan terus bersama kambing, memikul rumput, dan duduk di ujung jembatan saja.”

“Besok sekolah, ya? Biarpun Emak dan bapak orang nggak mampu, segalanya akan diusahakan jika tentang pendidikanmu.” Emak membujuk dengan lembut, ia pikir ini adalah waktu yang tepat menasihati putranya perihal pendidikan karena sebelumnya Dadan akan lari jika ia menyebut kata ‘sekolah maupun pendidikan’.

“Sekolah lagi sekolah lagi …,” kata Dadan jengah, “sekolah buat apa, sih?” lanjutnya sudah mulai muak.

“Biar kamu bisa menatap lingkungan dengan adab, etika, dan pandangan yang berlogika. Menjadi manusia berguna yang hidupnya nggak lontang-lantung, apalagi seperti kamu yang punya cita-cita nyeleneh sebagai penunggu jembatan.”

“Tapi Dadan sudah tua. Kalau mau sekolah lagi pasti mulai dari kelas dua,” keluh Dadan. Bocah itu menunduk.

- Iklan -

“Tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu.”


Penulis: Gita Agustya Andini


BACA CERPEN LAINNYA DISINI

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU