Kopi yang nikmat, yang diseduh dengan benar, mampu memberikan kenikmatan dan manfaat yang luar biasa. Lantas, bagaimana cara membuat kopi yang baik? Berikut ini adalah cara yang tepat untuk menikmatinya.
Setelah kopi diseduh dengan air panas yang mendidih, sebaiknya jangan langsung diaduk. Tutup gelasnya selama sekitar 2 menit, biarkan kopi mengendap sejenak. Setelah itu, aduk kopi dengan gerakan dari kanan ke kiri sambil membaca shalawat:
“Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala aalihi wa Shohbihi wasallam.”
Insya Allah, dengan melakukannya, akan ada keberkahan dan kesehatan bagi orang yang mengamalkannya.
Manfaat Kopi Menurut Para Ulama
Syekh Nawawi al-Bantani pernah mengatakan kepada murid-muridnya, “Minumlah kopi, karena ia dapat mengusir rasa kantuk dan mencerdaskan pikiran.”
Sementara itu, menurut Syekh Ihsan Jempes, “Minumlah kopi secara rutin, karena kopi memiliki lima manfaat: memperlancar aktivitas, melancarkan pencernaan, menghilangkan dahak, memperbaiki pernapasan, dan membantu fokus dalam berorientasi.”
Dalam Tarikh Ibnu Tayyib, disebutkan bahwa kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, memberikan kenikmatan yang luar biasa bagi mereka yang sedang mencari ilmu.
Kopi juga disebut sebagai minuman orang-orang yang dekat dengan Allah. Di dalamnya terdapat kesembuhan bagi pencari hikmah. Sebaliknya, kopi dianggap haram bagi orang yang bodoh yang dengan keras kepala mengharamkannya tanpa dasar.
Pandangan Para Ulama Tentang Kopi
Imam Ibnu Hajar al-Haitami mengomentari tentang kopi, “Ketahuilah, wahai hati yang gelisah, bahwa kopi ini telah menjadi sarana bagi ahli shufiyyah (orang-orang yang suci hatinya) untuk mengundang datangnya cahaya dan rahasia Tuhan serta menghapus kesalahan.”
Meskipun para ulama berbeda pendapat mengenai status hukum kopi, menurut Ibnu Hajar dalam kitab Syahrul Ubah, asal-usul kopi pada awal abad ke-10 Hijriyah menunjukkan bahwa kopi, jika dimanfaatkan untuk kebaikan, maka akan membawa kebaikan pula. Sebaliknya, jika digunakan untuk tujuan yang buruk, maka hasilnya pun tidak akan baik.
Filosofi Kopi dalam Kehidupan
Kopi bisa dianalogikan seperti cinta: sedikit saja tidak akan cukup untuk menyegarkan, namun jika berlebihan juga tidak akan mengenyangkan. Kopi membunuh kantuk, melepaskan pikiran yang terhambat, dan menyembuhkan rasa pahit yang tak terungkapkan.
Dalam lingkungan pesantren, budaya ngopi sudah menjadi bagian dari rutinitas sosial sehari-hari. Kegiatan berkumpul, berdiskusi, bahkan merumpi, sering kali diiringi dengan secangkir kopi. Kaum santri sangat menyadari bahwa kopi adalah bagian integral dari keseharian mereka.
Para santri tak hanya disibukkan dengan hafalan Al-Quran, ilmu fiqih, tafsir, dan hadis, tetapi juga dengan diskusi-diskusi ilmiah yang tak terlepas dari kedekatan mereka dengan kopi. Karena itulah, banyak literatur pesantren yang membahas tentang kopi, baik dari sisi hukum, manfaat, maupun dampaknya bagi kesehatan dan kecerdasan.
Kopi dan Kecerdasan
Dalam kitab Ta’lim Muta’allim, terdapat sebuah kaidah yang menyebutkan: “Setiap sesuatu yang dapat mengurangi lendir dahak dan mengurangi kadar air yang berlebihan dalam tubuh, akan berdampak pada kekuatan hafalan. Sebaliknya, sesuatu yang memperbanyak lendir dahak akan menyebabkan seseorang menjadi pelupa.”
Berdasarkan kaidah ini, kopi dianggap sebagai minuman yang dapat meningkatkan kecerdasan otak. Imam as-Subki menyatakan, “Kopi bermanfaat untuk memberikan semangat dalam beribadah dan melakukan pekerjaan penting. Ia juga membantu menjaga pencernaan agar tidak terhambat dan melancarkan pernapasan, serta mengurangi dahak yang berlebihan.”
Dengan demikian, kopi dapat merangsang saraf otak, meningkatkan konsentrasi, dan membantu dalam memori hafalan.
Kopi dan Sunnah Nabi
Meskipun tidak ada riwayat yang menyatakan bahwa minum kopi adalah sunnah Nabi Muhammad SAW, kopi banyak disukai oleh para shalihin dan ulama. Oleh karena itu, meminum kopi bisa dianggap sebagai tradisi yang diwariskan oleh para ulama dan orang-orang saleh, yang menganggapnya sebagai cara untuk memperoleh keberkahan dan memperkuat ilmu pengetahuan.
Dengan begitu, meskipun kopi bukanlah sunnah langsung dari Nabi, ia telah menjadi bagian dari kehidupan spiritual dan intelektual umat Islam, terutama dalam tradisi pesantren dan lingkungan ilmiah. (*)