Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Seminar Series kembali dilaksanakan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin pada hari Senin, 22 April 2019. Seminar kali ini mengundang Gene Ammarel, Professor Emeritus of Anthropology dari Ohio University dengan mengangkat tema “Making a Living on Coral Atoll: Millenial Changing Strategies on Balo-Baloang Island”.
Seminar Series yang dilaksanakan di Aula Ir. Fachruddin Sekolah Pascasarjana ini, secara garis besar memberikan gambaran hasil ekspedisi dari Gene Ammarel bersama tiga asisten peneliti yang merupakan mahasiswa sekolah Pascasarjana bidang studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah dan studi Kelautan. Ekspedisi tersebut dilakukan di Pulau Balo-Balong, Pangkep, tanggal 7 hingga 14 April 2019.
Dalam kesempatan tersebut, Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Prof Jamaluddin Jompa, mengungkapkan rasa bangganya terhadap tim ekspedisi. Ia menyebutkan bahwa tidak banyak orang yang memiliki keberanian untuk melakukan penelitian di wilayah yang jauh dan terpencil.
“Kita harus meningkatkan kapasitas dalam melakukan penelitian di daerah terpencil dan menggunakan lebih banyak perspektif dalam melihat tantangan ekonomi dan sosial atas perubahan masyarakat di era Revolusi Industri. Saya yakin ekspedisi kecil ini dapat berkontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan,” ungkap Prof Jamaluddin Jompa.
Tim ekspedisi mengungkapkan fakta perubahan sosial masyarakat yang terjadi pada komunitas pemuda di Pulau Balo-Baloang.
“Awalnya banyak dari mereka berprofesi sebagai nelayan dan kru kapal kargo. Namun saat ini, mereka banyak berpindah profesi sebagai kru kapal wisata,” ujar Sukur Oda, salah seorang asisten peneliti dari jurusan Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Disebutkan bahwa sebagian besae pemuda Balo-Baloang mengikuti pendidikan navigasi untuk mendapatkan sertifikat khusus untuk bekerja di kapal wisata.
“Pemuda Balo-Baloang merasa bahwa bekerja di kapal wisata lebih menguntungkan dari segi pendapatan yang lebih banyak dan lebih tetap dengan sistem kontrak dibanding bekerja sebagai nelayan yang tidak memiliki kepastian pendapatan karena laut dan terumbu karang yang sudah mulai rusak di wilayah tersebut,” sebut Prof Ammarel.
Hasil tangkapan ikan karang di wilayah Balo-Baloang sudah mulai menurun saat ini akibat dari metode penangkapan yang merusak lingkungan.
“Bom dan penggunaan obat bius banyak dipakai oleh nelayan Pulau Balo-Baloang dan sekitarnya sebagai metode penangkapan untuk hasil yang lebih maksimal,” ujar Muslimin, asisten peneliti lainnya.
Hal tersebut mengakibatkan terganggunya ekosistem laut dan mempengaruhi mata pencaharian nelayan di wilayah tersebut. Sebelumnya, Faisal yang merupakan mahasiswa studi Kelautan telah melakukan studi terkait wilayah tersebut dan mengungkapkan penurunan terumbu karang sebesar 2.73 persen sejak tahun 2005.
“Perubahan tersebut memang kecil dan tidak signifikan, tetapi jika penyebabnya tidak diketahui dan terus dibiarkan terjadi, ekosistem laut Balo-Baloang akan semakin memburuk,” sebut Faisal dalam kesempatan tersebut.
Selain sumber daya laut, hasil ekspedisi tersebut juga mengungkapkan sumber daya alam di darat yang juga perlu mendapatkan perhatian. Pulau Balo-Baloang dahulunya memiliki Kelapa sebagai komoditas unggulan.
Namun, tingginya frekuensi erosi yang terjadi ketika angin barat dan angin timur mengakibatkan terkikisnya pesisir pantai yang merusak pohon kelapa dan perlahan-lahan mengancam pohon pinus.
Ekspedisi yang dilakukan secara kolaboratif ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan masyarakat wilayah Balo-Baloang. Langkah selanjutnya yang akan ditempuh oleh tim ekspedisi tersebut adalah menerbitkan artikel ilmiah terkait perubahan ekologi, ekonomi dan sosial di pulau Balo-Baloang.
Artikel ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pemangku kebijakan untuk memikirkan strategi yang tepat dalam menghadapi tantangan yang lebih besar di era Revolusi Industri.(*)
Citizen: Fadhilah Trya Wulandari (Sekolah Pascasarjana Unhas)