Sentuhan tangan dingin pelatih yang pernah membawa Timnas Korsel mengalahkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018 itu memberi energi baru bagi Evan Dimas dkk. Semua tahu, akibat kekalahan menyakitkan dari Korsel itu, Jerman tersingkir di fase grup Piala Dunia Rusia. Ironis, karena saat itu Jerman adalah juara bertahan Piala Dunia 2014 di Brasil.
Sekarang, tangan dingin Shin Tae Yong kembali memberi efek kejut walaupun di level Asia Tenggara. Sempat dipandang sebelah mata, Timnas Indonesia yang dia latih, justru melaju hingga final usai mengalahkan tuan rumah Singapura secara dramatis 4-2 di babak semifinal.
Sebelumnya di fase grup, Asnawi Mangkualam dkk menyingkirkan Malaysia 4-1 dan menahan juara bertahan Vietnam 0-0. Indonesia pun tampil sebagai juara grup berkat produktifitas gol. Dan terhindar bertemu Thailand yang di semifinal menyingkirkan Vietnam.
Semifinal yang membikin jantung jutaan rakyat Indonesia dag dig dug sepanjang laga, akhirnya membuat media sosial pecah. Euphoria terjadi di mana-mana. Tidak memandang kaya, miskin, pejabat atau rakyat jelata. Juga tidak peduli, emak-emak maupun anak-anak. Semua merayakan kemenangan fantastis itu.
Bagaimana tidak histeris. Di injuri time, lawan mendapat hadiah penalti. Andai penalti itu gol, tamat sudah perjuangan merah putih. Dasar dewi fortuna tidak memihak Singapura. Kiper Timnas Nadeo Argawinata mampu membaca arah tendangan penalty Singapura. Plaakkk!!! Nadeo melompat ke kiri.
Bola sepakan Faris Ramli berhasil ditepis hingga berbelok ke luar tiang gawang. Skor 2-2 bertahan hingga waktu normal 2 X 45 menit. Kemenangan akhirnya direngkuh setelah perpanjangan waktu. Skor akhir 4-2 untuk Indonesia.
Momen terjadinya gol-gol dalam pertandingan itu viral. Utamanya saat Nadeo menggagalkan penalti. Semua media menurunkan berita dan ulasan tentang kemenangan Indonesia itu sebagai laporan utama. Di televisi, cuplikan gol dalam pertandingan itu ditayangkan berulang-ulang.
Sentuhan tangan dingin Shin Tae Yong melatih Timnas Indonesia ikut mengerek popularitas brand Korea di tanah air. Selama ini, brand Korea memang sudah populer, kini makin populer. Shin Tae Yong dianggap salah satu ekspor pelatih asal Korsel.
Negeri ginseng ini memang paling produktif ekspor. Lebih dari 50 persen perekonomian Korsel disumbangkan dari bidang ekspor. Setelah sukses mengeskpor brand-brand elektronik seperti Samsung dan LG, Korsel juga sukses mengekspor musik, film dan drama.
Penyanyi-penyanyi korea sangat digemari remaja Indonesia. Yang paling populer tentu Blackpink dan BTS. Saya sendiri mengenal K-Pop ini dari putri saya yang nge-fans dengan blackpink. Maklum kita tergolong generasi X he he.
Drakor atau drama korea juga mampu menyedot jumlah penonton yang sangat tinggi di Indonesia. Hasil survei lembaga ilmu pengetahuan Indonesia pada April 2020, dari 924 responden, sebanyak 842 responden mengaku menonton drama korea.
Selain mengekspor produk, Korea juga mengekspor pemain dan pelatih di bidang olahraga. Pelatih Timnas Vietnam Park Hangseo juga berasal dari Korsel. Mereka juga mengekspor pemain untuk klub-klub di Eropa seperti Son Heung Min yang bermain untuk Tottanham Hotspur di Liga Inggris.
Sebelumnya Son bermain di Bayern Leverkusen. Selain Son, pemain asal Korsel yang sukses di Premier Leage adalah Park Ji Sung yang bermain untuk Manchester United.
Di Liga Spanyol ada pula pemain asal Korsel Lee Kang In yang bermain untuk Valencia. Ada Hwang Hee Chan, pemain RB Leipzig dan Jeong Woo Yeong untuk Freiburg di Liga Jerman. Hwang Ui Jo untuk Boerdeux di Liga Prancis.
.
Ekspor pemain dan pelatih ke berbagai Negara itu secara tidak langsung menjadi promosi gratis brand Korsel di mata dunia. Saat melihat Son di Liga Inggris, mata sipitnya langsung mengirim pesan Negara asalnya.
Begitu pula penampilan Shin Tae Yong selama Piala AFF ikut mengangkat nama Korsel. Tak heran, bila pertandingan Timnas Indonesia dan Vietnam juga disiarkan langsung oleh televisi Korea, SBS (Seoul Broadcasting System).
Cerita soal kemajuan Korsel sudah banyak yang tahu. Negeri kapitaslis ini —berlawanan dengan saudaranya Korut yang komunis— berlari di berbagai bidang. Jumlah populasi relatif sedikit, hanya 51,7 juta membuat Negara yang sekarang dipimpin Presiden Moon Jae In bisa melangkah lebih cepat dari Negara-negara lain.
Ibarat alat transportasi laut, Korsel melaju seperti speadboat. Bandingkan dengan penduduk Indonesia yang mencapai 272 juta. Indonesia melaju seperti kapal tanker.
Tahun 1960-an, Korsel adalah sebuah negara miskin. Setelah dijajah Jepang, negeri ini dilanda perang saudara berkepanjangan. Tapi hanya dalam tempo relatif singkat, mereka mampu merangsek menjadi kekuatan baru perekonomian dunia.
Tahun 2020, APBN Korsel untuk pertama kalinya tembus hingga 513 triliun Won atau sekitar Rp 6.156 triliun atau dua kali lipat dari APBN Indonesia. Korsel sekarang bertengger di peringkat 12 negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Kemajuan Korsel juga terlihat dari bersinarnya perusahaan-perusahaan multinasional mereka. Seperti Samsung, Hyundai, LG, atau KIA Motor. Di dunia elektronik, kurang lengkap kalau belum menyebut LG.
Di sektor otomotif, siapa tidak kenal Hyundai yang juga mendunia.Industri telepon seluler (smartphone) Korea menempati peringkat pertama pangsa pasar dunia dari sisi penjualan. Samsung adalah brand HP sangat digemari di tanah air.
Visi Kalahkan Jepang
Saat mengunjungi Korsel tahun 2016, saya ikut menyaksikan kemajuan Negara ini ketika mengunjungi pabrik pesawat tempur KAI (Korean Aerospace Industri) yang terletak di Kota Sacheon, Provinsi Gyeongsang. Sangat sedikit Negara yang bisa buat pesawat tempur. Diantara yang sedikit itu tercatat AS, Perancis, Rusia, Cina dan Jepang. Dan menyusul Korsel.
Lee Dong Shin, GM KAI yang menerima delegasi PWI saat berkunjung ke KAI kala itu melontarkan satu kalimat yang masih saya ingat sampai sekarang. Visi kami (korsel) adalah mengalahkan Jepang.
Visi yang ringkas, tapi butuh waktu panjang untuk mencapainya. Pengalaman pahit penjajahan membuat rasa nasionalisme Korsel sangat tinggi. Masyarakat Korea diajari memilih produk sendiri daripada asing.
Visi itu meski belum sepenuhnya tercapai, setidaknya dalam beberapa bidang Korsel sudah memperlihatkan keberhasilan. Otomatif memang belum bisa mengalahkan Jepang. Tapi di bidang industri telekomunikasi, Samsung smartphone sudah jauh mengalahkan Jepang. Bahkan menguasai dunia.
Merujuk data Firma Riset Pasar Canalys, hingga kuartal ketiga 2021, Samsung tetap bertengger sebagai champion pasar global smartphone dengan menguasai hingga 23 persen pasar. Disusul raksasa Apple dari AS di peringkat kedua dengan 15 persen. Berikutnya Xiaomi China dengan 14 persen. Vivo dan Opo melengkapi 5 besar dengan pangsa pasar 10 persen.
Nasionalisme dan inovasi telah menjadikan Korsel unggul.
Untuk Shin Tae Yong: 감사합니다 kamsahamnida. Terima kasih telah menjadikan permainan Timnas lebih hidup dan enak ditonton. Semoga racikan Shin Tae Yong di babak final melawan Thailand bisa membawa Indonesia pecah telur juara piala AFF. (*)
Zacky Antony _Penulis adalah Ketua Dewan Kehormatan PWI Provinsi Bengkulu_