Siapakah yang Boleh Berada di Belakang Imam Salat Berjamaah?

Bila jumlah makmun banyak dan dapat membentuk shaf (barisan), maka Rasulullah SAW memerintahkan ahlul ahlam wan nuha (orang yang berakal baligh dan berilmu) untuk berada di belakang imam.

Sebagaimana sabda Rasulullah, “Hendaknya yang berada di dekatku (di belakangku) dari kalian adalah orang berakal dan berilmu”.

Kemudian diikuti orang yang berikutnya (tiga kali). Dan jauhilah ( suara ) keributan pasar pasar (HR Muslim no 255). Imam Nawawi menyatakan, dalam hadist ini terdapat perintah, yakni mendahulukan yang paling utama. Lalu di bawahnya, untuk yang berada si belakang imam.

Karena ia (ahlul ahlam wan nuha) lebih pantas dimuliakan. Dan terkadang imam membutuhkan pengganti, sehingga ia lebih berhak.

Juga karena ia akan dapat memperingatkan imam, kalau imam lupa ketika selainnya tidak mengetahuinya. Juga unruk menerapkan dengan baik tata cara salat, menjaganya dan menukilkannya. Serta mengajari tata cara tersebut sehingga orang yang berada di belakangnya, mencontoh perbuatannya.

Baca Juga:  Mengapa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember?

Hal itu dijelaakan oleh perbuatan Rasulullah SAW dalam hadist Anas bin Malik. Rasulullah SAW senang menjadikan orang orang Muhajirin dan Anshar berada di belakangnya. Agar mereka menconroh dari beliau. (Hadiat shqhih, riwayat ibnu Majah, 977 dan Ahmad 3/100, hadist shahih, lihat Shahih Fighus Sunnah 1/534).

Pada Salat Berjamaah Beri Tempat Ahlul Ahlam

Oleh karena itu, saat melaksanakan salat berjamaah, semeatinya memperhatikan hal tersebut. Yaitu memberi tempat kepada ahlul ahlam wan nuha, supaya berdiri di belakang imam. Sehingga salat berjamaah yang dilaksanakan tersebut bersesuaian denganp petunjuk Rasulullah SAW.

Dalam hal itu, ahlul ahlam wan nuha, lebih berhak menempati shaf awal. Bahkan diperbolehkan memotong shaf agar dapat berdiri di belakang imam. Seperti yang pernah dilakukan oleh sahabat yang mulia Ubay bin Ka’ab.

- Iklan -
Baca Juga:  Keutamaan Salat Malam

Sebagaimana diceritakan Qais bin Abad. “Ketika aku berada di suatu measjid di barisan pertama, tiba tiba ada seseorang di belakangku yang menarikku cukup kuat. Lalu ia menggeserku dan menempati tempatku tersebut. Demi Allah, aku tidak dapat khusyu dalam salat.

Ketika selesai, ternyata Ubay bin Ka’ab. Lalu berkata, “wahai anak muda, semoga Allah melindungimu dari kejelekan”.

Sesungguhaya itu adalah wasiat dari Nabi Muhammad SAW kepada kami, untuk berada di belakang beliau. Kemudian Ubay bin Ka’ab pun menghadap kiblat dan berkata, “Demi Rabb Kabbah, celakalah ahlul uqdah, tiga kali. Kemudian beliau berkata, “Demi Allah, aku tidak merasa sedih atas orang yang mereka sesatkan”. Lalu aku bertanya, wahai Abu Ya’kub, siapa yang dimakaud ahlul uqdah itu? “Penguasa” jawabnya. (HR An Nasa’i, 2/69, dan Ibu Khuzaimah dalam Shahihnya no 1573). (kultum/ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU