Komunitas ini lahir karena dilatarbelakangi oleh keinginan para pendirinya untuk membentuk simpul-simpul atau kesatuan dari para pemuda, yang ingin menulis namun tidak memiliki wadah untuk menyalurkan potensi mereka.
Oleh: IZABELLA MARCHE
M Ardy Ali bersama rekan-rekannya di Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Sulsel merupakan penggagas lahirnya komunitas literasi yang diberi nama Simpul Pena Agupena Sulawesi Selatan. Resmi berdiri empat tahun silam, tepatnya pada 19 Desember 2016.
Selain itu, melalui Simpul Pena, para pengurus dan anggotanya bisa kembali menguatkan semangat untuk menulis. Sehingga bisa memajukan potensi literasi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan.
“Tidak ada wadah kaderisasi muda di seluruh Agupena di Indonesia, kecuali Agupena Sulsel. Itulah hebatnya Agupena Sulsel, karena bisa membentuk Simpul Pena, seperti halnya PMI yang bisa membentuk PMR untuk kalangan mudanya,” ungkap Ketua Simpul Pena, Syahrul Yasin kepada FAJAR PENDIDIKAN melalui pesan WhatsApp, (7/10).
Untuk mencapai target Simpul Pena, yaitu membentuk Simpul Pena di 24 kabupaten/kota di Sulsel dan menghasilkan karya-karya baru, maka telah dilakukan beberapa kegiatan yang melibatkan berbagai kalangan, seperti guru, mahasiswa dan masyarakat umum, di antaranya pelatihan jurnalistik pada 19 Januari 2020 di Warkop 46, kunjungan redaksi pada 15 Februari 2020, rapat kerja pada 1 Maret 2020 di Erlangga, Obrolan Seputar Literasi (Obsesi) pada 15 Agustus 2020 secara virtual, serta beberapa kegiatan menulis bersama, menulis bareng cerpen dan kolaborasi puisi.
Sejak berdiri, Simpul Pena aktif menggaungkan gerakan-gerakan literasi hingga ke daerah-daerah di Sulsel. Itulah salah satu alasan mahasiswa semester lima Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNM itu ingin bergabung, bahkan ketika ia masih duduk di bangku SMA.
Sejak bergabung, Syahrul sudah bisa menulis buku puisi bersama dua rekan lainnya di Simpul Pena dan rencananya, buku tersebut akan diterbitkan tahun ini. “Alhamdulillah, sebelum bergabung sudah ada buku kumpulan biografi yang saya tulis, yaitu Figur-figur ‘Radikal’ & ‘Keras’: sebuah biografi singkat dari figur-figur yang menginspirasi,” ungkapnya.
Tak jauh berbeda dengan Sulfiani Salma, Sekretaris Umum Simpul Pena. Mahasiswa Prodi PAUD UNM ini mengaku tertarik bergabung. Karena melalui Simpul Pena, dirinya mendapatkan banyak hal yang awalnya tidak dia pedulikan menjadi sesuatu yang disukai.
“Di sini (Simpul Pena), saya bisa mengembangkan potensi saya, di sini pula saya dituntun untuk lebih sigap dalam mempersiapkan diri untuk hari esok. Karena selain sebagai wadah menulis, saya juga mendapatkan banyak motivasi, serta melalui Simpul Pena saya tahu banyak tentang literasi,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Syahrul berharap Simpul Pena bisa terus jaya, terus hadir, terus ada memberikan kontribusi atau pun gelora-gelora literasi. Agar nantinya, Simpul Pena bisa menjadi organisasi kepengurusan yang paling diminati dan paling dicari.
“Tidak hanya sekadar hadir mencari popularitas, tapi bisa mencetak para penulis-penulis hebat di masa yang akan datang. Meskipun Simpul Pena ini belum melahirkan penulis-penulis yang profesional di masa sekarang, tapi Allah selama para pengurus, para anggota ingin belajar dengan orang-orang yang hebat, Insya Allah nantinya juga akan menjadi penulis profesional dan bisa menjadi pengajar di Simpul Pena,” harap Syahrul. (*)