Masih kelanjutan dari artikel prosesi Ma’nene, tradisi membersihkan jazad leluhur yang sudah meninggal, hingga ratusan tahun. Masih lestari namun sisa dua desa yang konsisten menjaga adat tersebut, sehingga tetap lestari.
Seperti yang diungkap Dwi Bambang Irianto di akunnya, yakni desa Pangala dan Baruppu. Di desa lainnya, juga biasa dilakukan, namun tidak seperti di dua desa tersebut. Sudah jarang terlaksana.
Itu mungkin, karena biaya prosesi membersihkan leluhur tersebut cukup mahal. Dan ini dilakukan oleh para bangsawan Toraja.
Tradisi Ma’nene memang tidak mudah untuk dilaksanakan. Selain harus ditempuh dengan kesepakatan keluarga dan musyawarah Tokoh Adat, juga karena panjangnya prosesi.
Dan memang makan biaya. Karena pakaian gantinya harus yang baru. Yang akan dikenakan secara rapi. Tentu kualitasnya tidak asal-asalan.
Misalnya untuk laki-laki, harus dipakaikan jas dan sampai kaca mata. Sedangkan untuk wanita, dikenakan gaun pengantin. Setelah didandani, lalu dikembalikan ke liang lahat.
Sisemba
Setelah mayat dikembalikan ke liang lahat, acara belum selesai sampai disitu. Ada acara penutup, yang disebut dengan Sisemba.
Acara tetsebut, bentuk acara silarurrahmi dari seluruh anggota keluarga leluhurnya tersebut dan kebersamaan. Sambil makan bersama. Namun, sajiannya dari sumbangan keluarga leluhur.
Itu makanya diadakan sekali dalam 3 tahun hingga 5 tahun. Agar seluruh keluarga leluhur tetsebut, bisa semuanya berkesempatan hadir. Memang tuuan utama dari prosesi Ma’nene, bertemunya seluruh anggota keluarga, dan kebersamaan. (Nurhayana Kamar)