Hal itu menyebabkan, sekolah dituntut untuk terus berinovasi, menawarkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan sekarang. Sekolah yang baik tentu punya inovasi pendidikan yang mampu memaksimalkan segala potensi siswanya.
Lalu, bagaimana cara mewujudkan itu? Nah, jawaban dari pertanyaan itu FAJAR PENDIDIKAN tanyakan ke SMK Muhammadiyah 2 Bontoala, Makassar. Sebuah sekolah yang telah melahirkan ribuan alumni. Sebuah sekolah yang cukup berumur di Kota Makassar. Sebuah sekolah yang terkenal dengan lulusannya yang jadi rebutan industri di luar sana.
Sejak didirikan tahun 1992, sekolah yang berada di Jalan Andalas No.126 H/ 7C, Bontoala, Makassar ini terus membuktikan bila siswa merekalah yang terbaik. “Sebagai sekolah yang mengedepankan keterampilan siswa, kami terus melahirkan berbagai program untuk menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Firdaus Yusuf, kepala SMK Muhammadiyah 2 Bontoala, Makassar.
Kerjasama dengan industri jadi salah satu fokus sekolah itu. Mereka membangun hubungan dengan ratusan industri. “Kita sadar, SMK itu sangat membutuhkan industri sebagai media praktek siswa. Industri juga banyak menarik siswa kita untuk bekerja di perusahaan mereka”.
Saat ini, Toyota, Nissan dan industri media jadi salah satu industri yang begitu menanti lulusan sekolah ini. Keberhasil sekolah membentuk siswa yang terambil didukung karakter yang baik jadi salah satu alasan kenapa industri menyukai lulusannya.
Jujur dan sopan salah satunya. Karakter itu dibangun tanpa disadari dan telah mengakar pada diri siswa. “Sekolah kita tak punya pagar, setiap jam shalat siswa akan pergi ke masjid yang ada di samping sekolah. Kalau mereka mau, mereka bisa bolos saat itu juga, tapi itu tidak terjadi. Siswa kita tetap pulang ke sekolah. Itu bukti keberhasilan kita membangun karakter siswa,” katanya.
Sederhana
SMK Muhammadiyah 2 Bontoala terletak di pusat Kota Makassar, berada di sebuah gang kecil yang berdekatan dengan masjid. Di sekolah ini ada 756 siswa yang haus akan pengetahuan. Bila melihat sepintas, tak ada yang spesial dari sekolah berlantai empat itu.
Aktifitas belajar mengajar juga berlangsung seperti sekolah pada umumnya. Yang unik, di sekolah ini tak ada areh pekarangan, seperti sekolah pada umumnya. Saat upacara, mereka menggunakan pelataran masjid raya. Aktivitas istirahat siswa lebih banyak dihabiskan di area kelas. Karakter siswa di sekolah ini dibangun dengan metode pendekatan. Mungkin karena sekolah mereka yang tak begitu luas , sehingga semua siswa dan guru dengan mudahnya saling menyapa.
Situasi itu melahirkan kedekatan antara siswa dan guru. “Berat memang membentuk karakter siswa. Dan pada dasarnya anak itukan nakal, tapi kita tidak ingin ada anak yang berbuat hal yang kurang baik yang merusak diri mereka sendiri,” kata Firdaus.
“32 titik CCTV yang kita pasang itu memastikan siswa kita melakukan hal yang baik-baik. Kita tidak ingin ada siswa yang melakukan hal yang justru merusak diri mereka sendiri, merusak fasilitas sekolah atau melakukan hal yang tak sebaiknya dilakukan,” tambah Firdaus. (KK)